Huma tugal adalah sistem berladang yang berpindah-pindah dengan tanaman utama padi yang sering dilakukan oleh para penduduk di pegunungan Meratus. Huma tugal biasa dilakukan oleh para penduduk masyarakat suku Dayak Bukit atau Dayak Meratus untuk melakukan kegiatan bercocok tanam.[1]:5 Sistem ini dilakukan dengan membuka lahan hutan secara bergotong-royong dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Lahan yang dibuka umumnya berupa hutan yang berbukit dan semak belukar. Huma tugal membutuhkan waktu yang cukup lama hingga panen tiba, yaitu kurang lebih satu tahun. Oleh karena itu biasanya suku Dayak Bukit mempunyai banyak lumbung-lumbung makanan sebagai simpanan.