Oman dengan Uni Emirat Arab (UEA) menjalin hubungan bilateral. UEA memiliki kedutaan besar di Muskat sementara Oman memiliki kedutaan besar di Abu Dhabi dan konsulat jenderal di Dubai. Kedua negara tersebut merupakan bagian dari kawasan Timur Tengah dan memiliki ikatan budaya yang erat. Oman dan UEA juga berbagi perbatasan yang sangat luas satu sama lain, termasuk dua daerah kantong Oman yang dapat diakses melalui darat hanya melalui UEA, dan juga berbatasan dengan Teluk Oman. Kedua negara tersebut merupakan anggota Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Dewan Kerja Sama Teluk.
Pada bulan Desember 2010, Oman menemukan jaringan mata-mata yang dioperasikan oleh Uni Emirat Arab yang mengumpulkan informasi tentang militer dan pemerintahan Oman. Mereka dilaporkan tertarik pada siapa yang akan menggantikan Qaboos sebagai ahli warisnya dan tentang hubungan Oman dengan Iran.[1][2]Kuwait menjadi penengah dalam pertikaian tersebut.[3]
Pada tahun 2018, terjadi ketegangan regional antara kedua negara setelah Qaboos melarang warga negara non-Oman memiliki lahan pertanian dan real estat. Larangan tersebut menyusul banyaknya pembelian oleh warga negara Emirat. Pembatasan tersebut difokuskan pada wilayah strategis UEA, termasuk Dhofar dan Musandam.[4] Seorang yang diduga merupakan sel mata-mata Emirat dijatuhi hukuman penjara pada tahun 2019.[4] Sejak tahun 2019, hubungan antara kedua negara telah menghangat.[4]
Pada tahun 2024, kedua negara menandatangani perjanjian senilai $35 miliar. Perjanjian tersebut berada di berbagai sektor, seperti energi dan transportasi.[5]