Hawker Beechcraft Corporation (HBC) adalah sebuah perusahaan dirgantara yang membuat Beechcraft dan pesawat jet pribadi Hawker.
Kantor pusat HBC ada di Wichita, Kansas, dengan pusat perawatan dan pabrik tersebar di seluruh dunia.
Sejarah
Pada tanggal 8 Februari 1980, Beech Aircraft Corporation dibeli oleh Raytheon. Sementara itu, pada bulan Agustus 1993, Raytheon juga membeli British Aerospace Corporate Jets dari British Aerospace dan menamainya Raytheon Corporate Jets.[3] Pada pertengahan bulan September 1994, Beech Aircraft Corporation dan Raytheon Corporate Jets digabung untuk membentuk Raytheon Aircraft.[4]
2000an
Pada awal tahun 2002, Raytheon mengumumkan pemakaian kembali merek Hawker dan Beechcraft (setelah sebelumnya memakai merek Raytheon) di konvensi tahunan National Business Aviation Association[5]
Pada bulan Juli 2006, Raytheon mengumumkan penjualan bisnis pesawatnya, karena Raytheon ingin lebih fokus ke bisnis pertahanannya. Perusahaan yang menyatakan ketertarikannya, antara lain The Carlyle Group, Cerberus Capital Management, dan Onex Corporation.[6]
Pada bulan Oktober 2006, Raytheon Aircraft Company memulai ekspansi pabriknya di Little Rock, Arkansas dengan biaya sebesar US$16.3-million. Rencananya, pabrik ini akan memilki luas 112.000-kaki-persegi (10.400 m2) dan akan digunakan untuk merakit Hawker 4000. Ekspansi ini mencakup pembangunan sebuah hangar baru seluas 54.000-kaki-persegi (5.000 m2), dan juga penambahan luas untuk beberapa tempat di pabrik tersebut[7]
Pada bulan Maret 2007, penjualan dari Raytheon Aircraft Company tercapai, dengan kesepakatan harga sebesar US$3.3B oleh Onex Partners dan GS Capital Partners. Lalu, dibentuklah Hawker Beechcraft Inc., sebagai hasil dari pembelian ini.[8]
Tahun 2007 menandai ulang tahun Beechcraft ke-75 dan juga tahun ke-60 diproduksinya Beechcraft Bonanza, yang merupakan pesawat dengan masa produksi terlama sepanjang sejarah.[9][10]
Pada tahun 2007 dan 2008, HBC mulai melakukan ekspansi ke luar negeri. Pada tanggal 25 Oktober 2007, HBC resmi membuka pabrik perakitan pesawat baru di Chihuahua, Meksiko, dan pada tanggal 26 Maret 2010, HBC menunjuk Hawker Pacific Singapore sebagai pusat perbaikan pesawat Hawker 4000 pertama di Asia Tenggara.[11][12]
Resesi pada Akhir Dekade 2000
Sebagai tindak lanjut dari resesi pada akhir dekade 2000an, HBC mengumumkan pemberhentian 490 pegawainya di kantor pusat Wichita, pada bulan Januari 2009.[13]
Pada tanggal 3 Februari 2009, CEO HBC, Jim Schuster, mengumumkan bahwa 2.300 pegawai akan segera diberhentikan sebelum akhir tahun 2009.Ini mengindikasikan menurunnya pesanan pesawat, terutama dari beberapa maskapai besar. Schuster menyatakan:[14]
Paket stimulus dari pemerintah telah gagal untuk melonggarkan pasar kredit, yang mana sangat vital dalam bisnis HBC... Pers dan beberapa politikus telah menilai bahwa bisnis dirgantara sebagai bisnis yang membuang-buang uang, dan tidak menyadari betapa pentingnya bisnis ini, yang telah mempekerjakan jutaan warga Amerika... Ini merupakan langkah yang sangat sulit untuk keluarga besar HBC, tetapi langkah ini haruslah diambil. Saya tidak dapat menyatakan bahwa ini adalah tindakan terakhir kami, karena volatilitas pasar yang masih sangat tinggi.[14]
Setelah memberhentikan 25% pegawainya dalam kurun waktu Oktober 2008 dan Agustus 2009, HBC mengindikasikan bahwa pemberhentian pegawai masih perlu dilakukan. Hasil penjualan HBC pada kuartal kedua 2009 (jika dibandingkan dengan penjualan pada kuartal kedua 2008) menunjukkan bahwa pesawat yang telah dikirim jatuh dari 129 unit ke hanya 78 unit. Selain itu, walaupun HBC telah menerima pesanan sebanyak US$450M, tetapi HBC juga menerima pembatalan pemesanan sebanyak US$366M. Secara keseluruhan, penjualan HBC turun dari US$1.03 milliar ke hanya US$816.3 juta. Salah satu pemesan, NetJets, membatalkan pesanan 12 unit pesawat dan menunda pengiriman pesawatnya hingga akhir tahun 2010.[15]
Pada akhir bulan Agustus 2009, HBC memberhentikan kembali 300 pegawai.[16] Pada tanggal 31 Agustus 2009, HBC mengindikasikan bahwa ia akan memperlambat pengembangan pesawat Beechcraft Premier II, dan memundurkan jadwal pengiriman perdananya ke akhir tahun 2012 atau awal tahun 2013, akibat pasar pesawat pribadi yang makin buruk.[17][18] Pada akhir bulan September 2009 HBC mengeluarkan surat keputusan pemberhentian kerja selama 60 hari untuk 240 pegawainya. Ini membuat HBC telah memberhentikan 3,553 pegawainya sejak bulan Oktober 2008, yang berarti sekitar 36% dari total pegawainya.[19]
HBC melaporkan bahwa ia telah merugi lebih dari US$63 juta di kuartal pertama tahun 2010. Pada bulan Juli 2010, Serikat Pekerja juga HBC menyurati anggota-anggotanya, dan menjelaskan bahwa Serikat Pekerja tengah dalam negosiasi dengan dewan direksi. Serikat Pekerja juga memperingatkan pegawainya bahwa besar kemungkinan, pabrik Wichita akan mengurangi 75% pegawainya dalam waktu dua tahun kedepan. CEO Bill Boisture juga mengkonfirmasi bahwa HBC akan memindahkan pabriknya ke Mississippi atau Louisiana, atau bahkan ke luar Amerika Serikat.[20][21][22]
Pada bulan September 2010, HBC kembali mengumumkan pemberhentian 350 pegawainya.[23] Pada tanggal 16 Oktober 2010, Serikat Pekerja HBC menolak kontrak kerja 7 tahun yang ditawarkan oleh HBC, walaupun telah dijamin tidak akan memindah pabriknya keluar Kansas. Serikat Pekerja percaya bahwa HBC akan keluar Kansas, walaupun telah memberi janji ke pekerjanya.[24][25] Pada bulan Desember 2010, HBC menandatangani perjanjian dengan pemerintah Kansas, yang isinya bahwa HBC akan tetap mempertahankan pabrik Wichita, setidaknya sampai 2020 dan akan mempekerjakan minimal 4000 orang. Sementara itu, pemerintah Kansas akan memberi paket insentif senilai US$40M kepada HBC. Gubernur Kansas, Mark Parkinson menyatakan bahwa ini bukan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.[26]
Kebangkrutan pada 2010 dan Restrukturisasi
Pada awal tahun 2010, HBC dan mitranya, FlightSafety International, membuka Maintenance Learning Center, seluas 44.000 sq ft (4.100 m2), untuk pelatihan para mekanik.[27]
Hingga bulan September 2011, HBC telah memiliki hutang sebanyak US$2.14 billion.[28] Pada bulan Desember 2011, HBC mengumumkan penundaan pengembangan pesawat Hawker 200, dikarenakan ekomomi yang belum stabil.[29] HBC juga mengumumkan juga mengumumkan bahwa mereka sedang mencari pinjaman sebanyak US$182.000.000, karena kondisi ekonomi yang makin buruk dan penjualan pesawat yang menurun.[30]
Pada bulan Januari 2012, pesawat Beechcraft AT-6 buatan HBC kalah dari Tucano buatan Embraer, dalam kontrak pengadaan 20 pesawat tempur ringan untuk Afghanistan.[31]
Pada bulan Februari 2012, HBC mengadakan restrukturisasi besar-besaran, dan Steve Miller pun ditunjuk sebagai CEO baru.[1]
Pada bulan Maret 2012, media massa mulai mengabarkan bahwa HBC tidak lama lagi akan bangkrut, walaupun Steve Miller telah mengindikasikan bahwa ia akan bekerja keras menghindarinya. Beberapa analis keuangan memperkirakan bahwa dengan hutang dan harga saham yang rendah ini, saham milik Onex dan Goldman di HBC mungkin tidak bernilai sama sekali (nol). Analis lain juga memperkirakan bahwa kebangkrutan HBC tinggal menunggu waktu, jika tidak ada perubahan lebih lanjut.[32]
Pada tanggal 27 Maret 2012, HBC menandatangani pinjaman US$120 juta yang digunakan untuk rekapitalisasi perusahaan.[28][28] Pada hari berikutnya, Reuters mengabarkan bahwa HBC sedang merencanakan kebangkrutan pada beberapa minggu kedepan.[33] Pada tanggal 30 Maret, HBC gagal membayar bunga untuk kreditnya, dan pada tanggal 2 April, HBC lagi-lagi gagal membayar bunga senilai US$28 juta.[34][34]
Pada bulan April 2012, HBC mengisi laporan keuangan akhir tahun dengan U.S. Securities and Exchange Commission (SEC). Laporan ini menyatakan bahwa "manajemen menyimpulkan bahwa ada keraguan terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, dikarenakan fakta bahwa banyaknya kerugian operasi, sehingga kita butuh pendanaan tambahan untuk memiliki likuiditas yang cukup untuk 12 bulan kedepan". HBC melaporkan bahwa ia telah merugi sebanyak US$1 milliar dalam 2 tahun terakhir, dan memiliki hutang sebanyak US$2.3 milliar. SEC juga menyatakan bahwa HBC mungkin harus menjual aset dan ekuitasnya serta merenegosiasi hutangnya, atau harus menyatakan kebangkrutan untuk menyelesaikan masalahnya.[35]
Pada tanggal 3 Mei 2012, HBC menyatakan kebangkrutan setelah memberhentikan 350 pegawainya di akhir bulan April.[36][37]
Hingga pertengahan bulan Juni 2012, HBC juga telah mengisi dokumen pengadilan yang berisi rencananya untuk bangkit dari kebangkrutan. Rencana ini termasuk mempertahankan produksi pesawat bertenaga piston dan baling-baling. Untuk produksi pesawat jetnya, ada tiga pilihan yang muncul, yakni menghapus produksi semua jenis pesawat jet, atau tetap mempertahankan produksi Hawker 900 dan Hawker 4000, ataupun yang terakhir hanya mempertahankan Hawker 900.[38]
Pada awal bulan Juli 2012, dokumen ini juga mengindikasikan bahwa HBC sedang dalam proses penjualan. Dari 35 pembeli potensial, enam diantaranya bahkan telah menyatakan ketertarikannya membeli aset HBC. Di saat yang sama, HBC kembali memberhentikan 125 pegawainya.[39][40]
Pada tanggal 9 Juli 2012, HBC akhirnya menerima tawaran pembelian dari Superior Aviation Beijing senilai US$ 1.79 milliar. Tetapi, penjualan ini tidak termasuk Hawker Beechcraft Defense Co. CEO Bill Boisture menyatakan bahwa: "Keputusan ini didasarkan pada dua faktor kunci. Pertama, tawaran ini adalah yang paling menarik daripada yang lain. Kedua, rencana bisnis yang ditawarkan juga yang paling menjamin ke berlangsungan bisnis kami". Pada tanggal 17 Juli 2012, pengadilan mengabulkan permintaan HBC untuk bernegosiasi dengan Superior Aviation.[41][42][43]
Beberapa pengamat dirgantara menanggapi pembelian ini dengan skeptis, karena harga beli yang jauh jika dibandingkan dengan kinerja HBC. Sementara itu, pengamat lain memperkirakan bahwa Superior akan menjual divisi pesawat HBC, dan hanya menyisakan divisi suku cadang dan distribusinya.[44]Textron, pemilik dari Cessna, mengindikasikan bahwa ia mungkin tertarik untuk membeli HBC jika pembelian oleh Superior tidak tercapai.[45]
Pada tanggal 18 Oktober 2012 beberapa media massa[46][47][48][49][50] melaporkan bahwa negosiasi antara Superior Aviation Beijing dan Hawker Beechcraft telah gagal,[48] dikarenakan sulitnya negosiator asal Amerika untuk bernegosiasi dengan negosiator asal Tiongkok, yang tidak mengerti seluk beluk hukum di Amerika.[46] Sebagai tindak lanjut, Hawker Beechcraft pun berencana bangkit dari bangkrut dengan cara menjadikan HBC berdiri sendiri.[51] HBC lalu berganti nama menjadi Beechcraft Corporation, dengan fokus bisnis hanya pada produk yang paling menguntungkan.[49] CEO Bill Boisture dan wakilnya, Shawn Vick menyatakan bahwa ini mungkin juga akhir dari produksi pesawat jetnya, sehingga Beechcraft dapat lebih fokus ke bisnis pesawat bertenaga piston. Pada akhir bulan Oktober 2012, Vick pun mengonfirmasi hal ini, dan menambahkan bahwa produksi pesawat pistonnya akan didasarkan pada desain Beechcraft Premier.[52][53]
Keputusan Beechcraft untuk mengakhiri bisnis pesawat jetnya, mendapat banyak respon negatif dari pemilik pesawat jet buatan HBC terdahulu, yang takut jika nantinya suku cadang pesawat jet HBC akan sulit didapat, dan tentu mengurangi harga jual kembali pesawat ini.[54]
HBC akhirnya menyelesaikan kebangkrutannya pada tanggal 19 Februari 2013, dengan membentuk perusahaan baru bernama Beechcraft Corporation. Merek Hawker Beechcraft pun ditanggalkan. Produksi jet pun dihentikan, tetapi Beechcraft akan tetap memasok suku cadang pesawat jet ini, termasuk juga perbaikan dan sertifikasinya.[55]