Haryono Haryoguritno (lahir 26 Januari 1932) adalah mantan ajudan presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno pada akhir dekade 1960-an. Haryono juga dikenal sebagai pakar keris yang memperjuangkan penetapan keris Indonesia sebagai warisan dunia ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).[1][2][3]
Latar belakang
Sebelum berdinas sebagai ajudan presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno pada akhir dekade 1960-an, Haryono Haryoguritno sudah mencintai keris yang merupakan warisan budaya nusantara. Dari kegemarannya akan keris itulah, mengantarkan namanya sebagai pakar keris di Indonesia. Kecintaannya terhadap benda pusaka itu, membangkitkan pengabdiannya dalam bentuk penulisan buku berjudul Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar, sebuah buku tebal dan mungkin terlengkap tentang pengetahuan keris. Buku yang diterbitkan tahun 2006, ini disusun dari akumulasi pengetahuannya lebih dari 30 tahun tentang keris.
Haryono bersama timnya dari perkumpulan penggemar keris yang pernah dipimpinnya, Damartaji (Persaudaraan Penggemar Tosan Aji), pun berusaha meyakinkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) agar keris Indonesia diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya manusia yang harus dilestarikan. Perjuangan ini berbuah. Dalam sidangnya di Paris, 25 November 2005, UNESCO mengakui keris Indonesia sebagai salah satu warisan budaya manusia yang harus dilestarikan (Oral and Intangible Heritage of Humanity). UNESCO juga mengakui keris sebagai tradisi Indonesia yang masih mempunyai fungsi sosial di masyarakatnya, merupakan manifestasi seni unggul Indonesia, mempunyai falsafah hidup, di samping juga tak diingkari memiliki kandungan mistik.
Bibliografi
- Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar (2006)
Lihat pula
Referensi