Haipai (Hanzi: 海派, bahasa Shanghai: hepha, [hē̞pʰä́], secara harfiah berarti Gaya (Shang)Hai) yang mengacu kepada avant-garde, tetapi sebenarnya merupakan budaya "Timur Bertemu Barat" yang unik dari Shanghai(上海) di abad ke 20 dan ke-21.
Etimologi
Istilah ini diciptakan oleh sekelompok penulisBeijing pada tahun 1920 untuk mengkritik beberapa sarjana Shanghai dan lapisan masyarakat Tiongkok yang mulai menyukai gaya kapitalisme dan budaya barat.[1] Menurut catatan dalam buku History of Chinese Painting,[2] nama "Haipai" awalnya berasal dari lukisan dan drama,[3][4] yang dipentaskan pada tahun 1937, "Pada masa pemerintahan Kaisar Tongzhi dan Kaisar Guangxu di masa Dinasti Qing, di saat itu sebagian besar pelukis Tiongkok yang tinggal dan hidup di Shanghai mencari nafkah dengan cara menjual lukisan mereka. Untuk mendapatkan keuntungan, pelukis meladeni cita rasa pembeli yang vulgar".
Lukisan mereka secara bertahap menunjukkan gaya yang disebut "Haipai". Selain dari lukisan, pemain opera Peking menganggap Beijing sebagai pusat otoritas Tiongkok dan mereka menyebut drama di kota-kota di luar Beijing beraliran "Haipai". Pada saat itu "Haipai" berkonotasi negatif, karena mewakili budaya vulgar dan tidak lazim untuk ukuran budaya Tiongkok, dampak pengaruh budaya Barat. Namun, makna Haipai kemudian berangsur-angsur berubah dalam tahun-tahun berikutnya seiring perkembangan zaman dan budaya Haipai kemudian menjadi salah satu gaya budaya paling menarik di Tiongkok. Haipai diistilahkan sebagai "pemberontak" sedangkan Jingpai (secara harfiah "gaya Beijing") adalah gaya budaya "tradisional" Tiongkok. Pada akhirnya, mereka mewakili dua jenis budaya Tiongkok yang berlawanan.[5]