Gyūdon (牛丼code: ja is deprecated , mangkuk daging sapi) atau beef bowl adalah makanan Jepang jenis donburi berupa semangkuk nasi putih yang di atasnya diletakkan irisan daging sapi bagian perut dan bawang bombay yang sudah dimasak dengan kecap asin dan gula.[1] Sebagai penyedap, di atasnya sering ditambahkan asinan jahe (benishōga), campuran rempah dan cabai yang disebut shichimi, atau telur ayam mentah sesuai selera.[2]
Gyūdon berasal dari makanan yang disebut sukiyakidon (sukiyaki donburi), sehingga sering dijumpai gyudon yang memakai shirataki seperti halnya sukiyaki.
Sejarah
Di zaman Meiji sudah dikenal cikal bakal gyūdon yang disebut Gyumeshi berupa semangkok nasi yang diatasnya diletakkan irisan daging sisa Gyūnabe (daging sapi yang dimasak dengan kecap asin dan gula). Pada waktu itu, orang Jepang sering mendengar orang asing memanggil anjingnya, "Come (here)", tetapi menurut pendengaran orang Jepang, "come" terdengar seperti "kame" dan orang asing tersebut disangka sedang memanggil anjing yang bernama Kame. Dari nama anjing bernama Kame konon lahir sebutan Kamechabu, chabu (makanan) untuk si Kame berupa nasi dicampur sisa-sisa Gyūnabe yang tidak habis dimakan.
Restoran siap saji Yoshinoya yang membuka cabang dengan sistem waralaba memopulerkan gyūdon sebagai makanan rakyat pada paruh kedua tahun 1970-an. Makanan serupa juga dihidangkan dengan nama Gyūmeshi oleh restoran waralaba lain seperti Yōrōnotaki, Matsuya, Sukiya dan Kōbe Ranputei.
Pada tanggal 11 Februari2004, Yoshinoya dan restoran gyūdon lain terpaksa menghentikan penjualan gyūdon akibat kekuatiran daging sapi dari Amerika Serikat tercemar penyakit sapi gila. Parlemen Jepang berusaha mendatangkan kembali daging sapi dari Amerika sejak Mei 2005, tetapi baru berhasil mengimpor di bulan Januari 2006.
Pada tanggal 18 September2006, Yoshinoya kembali menjual Gyūdon tetapi hanya selama satu hari penuh saja, itu pun dengan jumlah porsi yang terbatas (1 juta porsi dengan jatah 1.000 porsi per restoran).
Serbaneka
Di Jepang, penyajian gyūdon di restoran Yoshinoya mengenal dua istilah: Tsuyudaku dan Negidaku. Tsuyudaku berarti nasi diberi kuah daging yang banyak, sedangkan Negidaku berarti nasi diberi bawang bombay yang banyak.