R.P. Gerardo Martino Uberto Martens, C.I.C.M. (meninggal tahun 1948) adalah Prefek Apostolik Makassar pertama yang menjabat sejak tahun 1937.
Seiring dengan dijadikannya Makassar sebagai suatu prefektur apostolik sebagai pemekaran dari Vikariat Apostolik Celebes pada 13 April 1937, Martens ditunjuk menjadi Prefek Apostolik pada 11 Juni 1937.[1] Sebelum mengemban jabatan ini, ia merupakan Magister Novisiat Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda di Belanda.[2] Berdasarkan penunjukkan tersebut, maka Martens berangkat dari Belanda ke Makassar bersama tiga orang imam Kongregasi CICM lainnya. Pada 21 Oktober 1937, ia dilantik sebagai seorang Prefek Apostolik oleh Mgr. Joannes Walter Panis, M.S.C. dengan moto "Sehati Sejiwa".[3]
Para imam CICM meletakkan dasar penginjilan dengan mempersiapkan guru dan membangun gedung gereja sederhana sejak 1939. Pada masa yang sama, para biarawati Ordo Yesus, Maria, dan Yusuf membuka Rumah Sakit Stella Maris di Makassar tahun 1940 disusul dengan Rumah Sakit Fatima di Paku, Kamali Pentalluan Makale, Tana Toraja pada tahun 1947, dan di Pare-Pare pada tahun 1950.[4] Masa-masa kepemimpinan ini juga ditandai dengan kehadiran Jepang dalam Perang Dunia II, sehingga para imam CICM sempat ditahan oleh Jepang, sementara kehidupan Gereja digerakkan oleh kaum awam.
Pasca kemerdekaan Indonesia, tahun 1947 Suster Medis datang dan memperkuat karya misi dengan membuka rumah bersalin, memimpin pendidikan dan asrama bidan negara di Makassar. Pada tahun yang sama suster JMJ membuka rumah sakit dan sekolah dasar untuk puteri di Makale.[5]
Pada 13 Mei 1948, status Makassar ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik. Pada 10 Juni 1948, Mgr. Nicolas Martinus Schneiders, C.I.C.M., ditunjuk menjadi Vikaris Apostolik Makassar. Martens kemudian diangkat menjadi Provinsial pertama Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda Indonesia. Tak lama kemudian ia meninggal dunia pada tahun 1948.[6]
Referensi
Pranala luar