Gelombang merah jambu

Rafael Correa, Evo Morales, Néstor Kirchner, Cristina Fernández, Luiz Inácio Lula da Silva, Nicanor Duarte, dan Hugo Chávez menandatangani piagam pendirian Bank of the South

Istilah "gelombang merah jambu" (bahasa Spanyol: marea rosa, bahasa Portugis: onda rosa) atau "kembali ke Kiri" (Sp.: vuelta hacia la izquierda, Pt.: Guinada à Esquerda) adalah istilah yang digunakan dalam analisis politik pada awal abad ke-21 yang mendeskripsikan persepsi bahwa negara-negara demokrasi di Amerika Latin telah berpaling ke pemerintahan sayap kiri dan menjauhi sistem ekonomi neoliberal, sehingga negara yang dilanda oleh "gelombang merah jambu" pun menerapkan kebijakan-kebijakan sosialis dan progresif, seperti kebijakan Bolsa Família di Brasil.

Negara-negara Amerika Latin yang dipandang menjadi bagian dari tren ideologi tersebut dijuluki "negara Gelombang Merah Jambu".[1] Istilah pasca-neoliberalisme juga telah digunakan sebagai istilah yang merujuk kepada Gelombang Merah Jambu. Beberapa contoh negara yang dilanda gelombang ini adalah Argentina, Brasil, dan Venezuela.[2]

Gelombang merah jambu digantikan oleh gelombang konservatif pada pertengahan dasawarsa 2010-an.

Referensi

  1. ^ [1] Diarsipkan 2008-11-20 di Wayback Machine. SustainabiliTank: Guatemala
  2. ^ Lopes, Arthur (Spring 2016). "¿Viva la Contrarrevolución? South America's Left Begins to Wave Goodbye". Harvard International Review. 37 (3): 12–14. South America, a historical bastion of populism, has always had a penchant for the left, but the continent's predilection for unsustainable welfarism might be approaching a dramatic end. ... This "pink tide" also included the rise of populist ideologies in some of these countries, such as Kirchnerismo in Argentina, Chavismo in Venezuela, and Lulopetismo in Brazil.