Geliang-ular
Burung geliang-ular atau pelatuk-semut (genus Jynx ) adalah sekelompok kecil burung pelatuk Dunia Lama yang kecil namun khas. Jynx berasal dari bahasa Yunani Kuno iunx, geliang ular Erasia . Burung ini mendapatkan nama Indonesia karena kemampuannya memutar kepala hampir 180°. Saat diganggu di sarangnya, mereka menggunakan kepala seperti ular yang memutar dan mendesis sebagai bentuk ancaman. Kadang-kadang disebut "burung kepala ular" karena alasan itu. Kesalahan pengutipan: Tag Seperti burung pelatuk sejati, burung geliang ular memiliki kepala yang besar, lidah yang panjang, yang mereka gunakan untuk mengeluarkan serangga mangsanya, dan kaki zigodaktil dengan dua jari mengarah ke depan dan dua ke belakang, namun mereka tidak memiliki bulu ekor kaku yang digunakan burung pelatuk sejati saat memanjat pohon., jadi dibandingkan kerabatnya, mereka lebih cenderung bertengger di dahan daripada di batang yang tegak. Baik betina maupun jantan memiliki penampilan (Jynginae) serupa.[1] Paruhnya lebih pendek dan tidak seperti belati dibandingkan burung pelatuk sejati, namun mangsa utama mereka adalah semut dan serangga lain, yang mereka temukan di kayu lapuk atau di tanah yang hampir gundul. Mereka memanfaatkan kembali lubang burung pelatuk untuk bersarang, dibandingkan membuat lubang sendiri. Telurnya berwarna putih, seperti banyak sarang lubang. Kedua spesies ini memiliki bulu samar, dengan pola rumit berwarna abu-abu dan coklat. Burung dewasa berganti bulu dengan cepat antara bulan Juli dan September, meskipun beberapa mabung berlanjut di musim dingin.[2] Suaranya seperti panggilan sengau burung pelatuk. Bunyinya digambarkan sebagai pengulangan bunyi que, que, que, berkali-kali berturut-turut, awalnya cepat, tetapi lambat laun melambat dan dengan nada yang terus menurun. Hal ini baru terdengar selama beberapa minggu keberadaannya di Eropa. [3] Spesies
Referensi
|