Garam Himalaya

Garam Himalaya

Garam Himalaya adalah garam batu yang ditambang dari pertambangan garam di Khewra, Distrik Jhelum, Punjab, Pakistan. Tambang ini merupakan kawasan pertambangan garam tertua dan salah satu yang terbesar di dunia. Para ahli geologi mengatakan daerah pertambangan ini sudah terbentuk sejak 800 juta tahun yang lalu. Tambang Garam Khewra memproduksi 325.000 ton garam per tahunnya, dan diperkirakan sampai saat ini sudah menghasilkan 220 juta ton selama masa produksinya [1]

Penambangan

Garam Himalaya diekstraksi secara manual maupun dengan mesin ekskavator dari gua-gua di pegunungan tambang garam yang berlangsung selama ratusan tahun dan tidak melalui banyak proses pemurnian sehingga minim mengandung zat kimia tambahan. Sebagaimana garam lain pada umumnya, garam Himalaya juga memiliki kandungan natrium (Na) sebanyak 97-98%. Garam berbentuk bebatuan kristal ini juga disebut halite. Bentuknya berbeda dengan garam laut karena sudah berbentuk padatan pada saat diekstraksi dari pertambangan.

Garam gunung orisinalnya tidak memiliki warna, tetapi kejadian alam bisa membuatnya memiliki semburat warna. Halite dapat menjadi berwarna karena sejumlah hal: mengandung materi lain, kotoran/noda, dan ketidaksempurnaan pada butiran kristal garam.[2]

Tambang Garam Khewra juga merupakan destinasi pariwisata bagi turis yang ingin melihat area lokasi tambang dengan bangunan-bangunan atraktif lampu bercahaya yang dibuat dari kristal garam, di mana memunculkan semburat warna pink yang berasal dari garam Himalaya.

Ciri khas

Garam Himalaya memiliki penampilan yang berbeda dengan garam lainnya, yaitu berwarna pink dengan varian gradasi mulai dari putih tulang, pink, sampai kemerahan.[3] Semburat pink pada garam Himalaya ini disebabkan oleh mineral-mineral yang terkandung di dalam kristal garam tersebut, yakni zat besi, magnesium, potasium, dan kalsium.

Kandungan garam Himalaya

  • Natrium/Sodium
  • Klorida (pembasmi Virus² & Kuman²)
  • Zat besi
  • Magnesium
  • Kalium
  • Kalsium

Manfaat dan Penggunaan

Garam Himalaya digunakan seperti jenis garam lainnya, yakni untuk bumbu masakan, memasak, menggosok sel kulit mati, campuran air mandi berendam, terkadang digunakan untuk properti foto dan presentasi makanan, dan lain-lain. Garam Himalaya yang masih berbentuk lempengan juga seringkali dipakai untuk tempat membuat dan menyajikan berbagai masakan, seperti kukis, pizza, maupun masakan olahan hewani seperti daging panggang, telur, atau ayam. Memasak di atas lempengan garam Himalaya, dipercaya meningkatkan cita rasa dan aroma yang khas, namun untuk penderita sakit jantung atau ginjal, memasak di atas lempengan garam tidak direkomendasikan karena akan meningkatkan rasio kandungan garam pada masakannya.[4]

Manfaat garam Himalaya tidak berbeda dari garam lainnya yang ditambang di laut ataupun garam dapur.[5] Tingginya harga garam Himalaya di pasaran dikarenakan tingkat kesulitan penambangannya yang tidak mudah, sehingga ketersediaannya terbatas.[6]

Meskipun kandungan natrium pada garam Himalaya lebih rendah daripada garam dapur karena butiran kristalnya lebih besar, tetapi selisihnya sangat sedikit dan tidak mencapai jumlah signifikan, sehingga tidak menunjukkan perbedaan manfaat ataupun khasiat khusus dibanding garam lainnya. Begitupun mineral lain yang terkandung dalam garam Himalaya konsentrasinya hanya sedikit apabila dibandingkan dengan kandungan Natriumnya sendiri, sehingga tidak cukup memenuhi angka kecukupan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jenis garam lain[7]

Tidak semua garam mineral bisa dimakan, karena ada juga yang disebut garam dan memiliki rasa asin namun tidak bisa dikonsumsi (non edible salt), contohnya garam laut mati.

Referensi

  1. ^ https://austria-forum.org, Austria-Forum |. "Khewra Salt Mines". Global-Geography (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-14. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  2. ^ Sonnenfeld, Peter (1994). "The color of rock salt". Sedimentary Geology. 94 (3-4): 267–276. doi:https://doi.org/10.1016/0037-0738(94)00093-A Periksa nilai |doi= (bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-27. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  3. ^ "A Guide to Salt, the World's Most Popular Food". www.seriouseats.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-04. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  4. ^ "Himalayan Salt Block Cooking: Everything You Need to Know". Healthline (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-29. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  5. ^ Afifah, Mahardini Nur. Afifah, Mahardini Nur, ed. "Mitos atau Fakta, Garam Himalaya Lebih Sehat dari Garam Biasa?". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-23. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  6. ^ Shardlow, Charlie Floyd, Ju. "Why pink Himalayan salt is so expensive". Business Insider. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-27. Diakses tanggal 2020-08-27. 
  7. ^ "Types of Salt: Himalayan vs Kosher vs Regular vs Sea Salt". Healthline (dalam bahasa Inggris). 2018-10-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-18. Diakses tanggal 2020-08-27. 

Bacaan lebih lanjut

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41