Fregat kelas Maharaja Lela (sebelum dikenal sebagai Second Generation Patrol Vessel (SGPV) atau Littoral combat ships (LCS)) adalah sebuah kelas dari enam fregat siluman yang dibuat untuk Angkatan Laut Malaysia.[1] Kapal ini berdasarkan korvet kelas Gowind yang diperbesar, dirancang oleh DCNS dari France. Kontrak telah diselesaikan dan Boustead Holdings Berhad akan memproduksi keenam kapal untuk Angkatan Laut Malaysia dengan harga puncak RM9 miliar (US$2.8 miliar), dimulai sejak 2015.[7] Kapal ini memiliki panjang 111 meter dengan bobot 3.100 ton.[8][9]
Pengembangan
Program SGPV
Pada awal 2011, Malaysia mengumumkan program SGPV dengan dana RM6 miliar (US$1.9 miliar) dan enam galangan kapal asing menyatakan ketertarikannya dalam program ini, terutama ThyssenKrupp Marine Systems dengan MEKO 200 dan Damen Schelde Naval Shipbuilding dengan Sigma class 10514 serta DCNS dengan korvet kelas Gowind yang akhirnya dipilih.[10]
Kontrak diberikan
Pada akhir 2011, diumumkan bahwa kelas Gowind telah dipilih dan program SGPV telah diberikan kepada Boustead Naval Shipyard/DCNS, dengan biaya puncak meningkat hingga RM9 miliar (US$2.8 miliar) dari RM6 miliar (US$1.9 miliar). Kontrak RM9 miliar (US$2.8 miliar) termasuk hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi.[11] Ukuran kapal juga telah diubah mengikuti biaya puncak, dari yang berbobot 2.700 ton menjadi 3.100 ton. Keenam kapal dibuat oleh Boustead Naval Shipyard di Lumut, Malaysia dan komponen elektronik akan disusun di Cyberjaya, sebuah kota di Malaysia di selatan Kuala Lumpur.
Defence Services Asia 2014
Pada DSA 2014, manager program Mr Anuar berkata bahwa "Program ini berjalan, beberapa bagian telah memasuki tahap peninjauan ulang rancangan kritis" dan "Kami berharap kapal pertama dapat diselesaikan pada 2017 atau awal 2018". Ia menyatakan bahwa Boustead Naval Shipyard bertanggungjawab untuk merancang spesifikasi kelas Gowind untuk Malaysia, bukannya DCNS.[12] Ia juga berkata bahwa kapal-kapal itu "adalah benar-benar kelas fregat, dan akan menjadi unsur Angkatan Laut Malaysia yang ditakuti."
IHS Jane's
Pada 5 Oktober 2014, sebuah artikel dalam web IHS Jane's Defence Weekly menyatakan bahwa Admiral Angkatan Laut Aziz berkata pada IHS Jane's bahwa pembuatan keenam kapal kelas LCS pertama telah dimulai di galangan kapal Boustead Heavy Industries Corporation (BHIC) di Lumut, dan berkata kembali mengenai tanggal pengiriman pada tahun 2017–18 untuk kapal pertama dan kelima sisanya dikirimkan dengan interval enam bulan setelahnya.[13]
LIMA 2015
Pada Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2015, Anuar Murad, Direktur Pertahanan dan Keamanan dari BHIC, mengonfirmasi bahwa Naval Strike Missile telah dipilih sebagai peluru kendali antikapal, mengalahkan Exocet MM40 Blk3. Beberapa detail tambahan mengenai kapal seperti dimensi kapal dan ketahanan kondisi laut dipublikasikan pada pameran.[14]
Meriam 57 mm akan dipasang pada sebuah kubah siluman mirip dengan yang dipasang pada corvette kelas-Visby. Boustead Naval Shipyard juga telah mengumumkan bahwa terdapat ruang tambahan pada dek kapal untuk sel VLS tambahan. Kontrak untuk sebagian besar persenjataan telah diselesaikan, menyisakan rudal darat-ke-udara yang belum diputuskan.
Dipercaya bahwa AL Malaysia telah meminta radar Thales Herakles untuk dipasang pada fregat FREMM tetapi Boustead Naval Shipyard justru memilih radar SMART-S.[17]
^Abas, Marhalim (17 July 2014). "SGPV-LCS Contract Formalised". Malaysian Defence. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-17. Diakses tanggal 26 September 2014.
^Abas, Marhalim (22 February 2011). "SGPV or LCS...Part II". Malaysian Defence. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-12. Diakses tanggal 26 September 2014.