Mesakh Frans Rumbino |
---|
Lahir | Mesakh Frans Rumbino (1972-02-11)11 Februari 1972 Biak, Papua |
---|
Nama lain | Frans Sisir |
---|
Pekerjaan | Musikus |
---|
Tahun aktif | 1990 - sekarang |
---|
Suami/istri | Joyce Jeanny |
---|
Anak | Annelo Rumbino |
---|
|
Mesakh Frans Rumbino (lahir 11 Februari 1972) atau lebih dikenal dengan nama Frans Sisir adalah musikus berkebangsaan Indonesia. Dia memiliki keunikan dalam melakukan pertunjukan, yaitu menggunakan sisir dan plastik sebagai alat musik yang suaranya menyerupai tenor saxophone. Ia telah melakukan pertunjukan di berbagai kota di Indonesia, dan beberapa negara dengan sisirnya. Keunikannya dalam bermain musik membawanya kepada pengalaman penting yaitu tampil di ajang bergengsi, Java Jazz Festival, dan tampil di hadapan sejumlah kepala negara seperti Soeharto, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Ronald Reagan, Xanana Gusmao, dan Silvio Berlusconi. Stasiun televisi yang pernah mengundangnya tampil antara lain Metro TV, Trans 7, dan RCTI.[1][2]
Kehidupan pribadi
Frans Sisir lahir di sebuah kota kecil, Padaido, Kabupaten Biak, Papua. Sejak kecil dia sudah memiliki bakat musik. Kehidupannya yang tak jauh dari pantai membuat dia dan kawan-kawannya bergaul dengan alam dan binatang laut. Dari benda-benda itulah, dia menggali kemampuan. Tiap hari dia membantu kebutuhan keluarga dengan mencari ikan. Untuk mengusir kejenuhan itu, ia meniup daun dan kerang untuk mengasilkan bunyi-bunyian, meniupkan melodi lagu-lagu daerah. Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itulah, secara tak sengaja bereksplorasi dengan sisir dan plastik kresek. Itu dia lakukan ketika mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, dalam pekan olahraga daerah (Porda) di Jayapura. Namun karena yang ada hanya sisir dan plastik, jadilah dia memanfaatkan dua benda sederhana itu untuk menyemangati tim kesebelasannya. Dari situlah dia mulai menyukai dan mendalami tekniknya sehingga menghasilkan suara mirip saxophone.[3]
Pada era 1980-an, Frans mulai merantau ke Jakarta setelah menyelesaikan sekolahnya di SMA Negeri 8 Malang. Mengadu nasib di Jakarta pun Frans belum sepenuhnya mendapat tempat. Ia harus menyanyi dari kafe ke kafe, sampai akhirnya bertemu penyanyi Melky Goeslaw dan diajak bernyanyi di Supit Ministry.[4]
Dari Supit Ministry inilah Frans terus menanjak hingga nama Frans “Sisir” mulai komersial. Setelah mulai dikenal. Dia sering menerima tawaran main musik dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai ke manca negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Papua Nugini, dan Australia.[5]
Satu sel dengan Xanana Gusmao
Kehidupan keras pernah dijalani oleh Frans Sisir tatkala dia menempuh pendidikan di Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. Sambil kuliah, dia bekerja sebagai debt collector, profesi yang cukup rawan untuk dijalani. Pilihannya itu, pada tahun 1999 sempat membawanya ke suatu kasus yang memaksa dia berurusan dengan polisi dan mendekam di tahanan Polda Metro Jaya. Setelah dua bulan di penjara Polda, Frans dipindah ke LP Cipinang. Hidup di rutan membuatnya menyadari kesalahannya. Di situlah dia bertemu dengan Xanana Gusmao, mantan presiden dan kini perdana menteri Timor Leste. Bersama Xanana, dia memberikan pelayanan kepada sesama warga binaan dalam bentuk pertunjukan musik.
Lihat pula
Referensi