Festival Babukung adalah festival tahunan yang digelar di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Festival ini berawal dan berasal dari ritual kematian dalam agama Kaharingan, yaitu ritual tarian Babukung yang sering dilaksanakan oleh Suku Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau. Festival ini pertama kali digelar pada tahun 2014 dan memasuki tahun ketiga pada tahun 2016.
Ritual Babukung adalah salah satu ritual tarian dalam agama Kaharingan yang dilakukan saat ada orang meninggal, khususnya di kalangan Suku Dayak Tomun, Dayak Ngaju dan suku Dayak lainnya yang masih menganut agama Kaharingan di Kalimantan Tengah. Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter hewan tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung. Bukung-bukung ini datang dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga duka sembari menyerahkan bantuan.[1] Melihat keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin festival budaya. Hasilnya ternyata cukup menggembirakan, perhatian dari masyarakat dan turis baik lokal maupun mancanegara sangat antusias.[2] Dalam festival Babukung juga turut diselenggarakan karnaval topeng, pagelaran tari topeng, lomba menggambar dan mewarnai topeng, pentas musik etnik, workshop tari dan workshop ukir topeng, adventure trail, bazar/pameran produk UMKM, serta pertunjukan ritual suku Dayak yang tidak akan ditemukan di daerah lain.
Pada Festival Babukung tahun 2015 yang menampilkan lebih dari 1000 bukung berhasil memecahkan rekor untuk penampilan tari topeng tradisional terbanyak dan tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI).[3]
Waktu
- Festival Babukung I: 25–26 September 2014[4]
- Festival Babukung II: 10–12 Oktober 2015
- Festival Babukung III: 28–30 Oktober 2016
- Festival Babukung IV: 17–19 Juli 2018
- Festival Babukung V: 17–19 Juli 2019
- Festival Babukung VI: 28–30 November 2022
- Festival Babukung VII: 7–9 Agustus 2023
- Festival Babukung VIII: 8–10 Agustus 2024
Referensi