Ferhat Abbas (Kabyle: Ferḥat Σabbas; 24 Agustus 1899 – 24 Desember 1985)[1] adalah pemimpin politik Aljazair dan pernah menjabat sementara sebagai Presiden Aljazair dalam pengasingan sejak 1958 sampai 1961.
Latar belakang
Putra seorang caid, Said Ben Ahmed Abbas dan Maga bint Ali, Ferhat Abbas lahir di desa Taher (sekarang di Provinsi Jijel).[1] Ia sekolah di Phillipeville (sekarang Skikda), Constantine, dan University of Algiers.[1] Ia berdinas di Angkatan Darat Prancis selama dua tahun dan bekerja sebagai apoteker di Setif, tempat ia terjun ke dunia politik. Di Setif, ia terpilih sebagai anggota dewan kotamadya, kemudian dewan umum di Constantine.[1] Sebelumnya Abbas adalah "integrasionis" yang tidak menolak aneksasiPrancis namun menuntut agar warga Aljazair memiliki hak yang sama seperti warga Prancis. Ia semakin tidak percaya dengan Prancis setelah harapannya tidak terwujud. Pada 1938, ia mendirikan Union Populaire Algerienne. Organisasi ini menyuarakan kesetaraan hak antara penduduk Prancis dan Aljazair dan pelestarian budaya dan bahasa Aljazair.[1] Saat Perang Dunia II pecah, ia mendaftar masuk korps medis Angkatan Darat Prancis. Aktivitasnya tadi tidak menyurutkan keinginannya untuk mengubah Aljazair dan ia beralih ke paham nasionalisme. Ia menerbitkan Manifesto of the Algerian People pada tanggal 10 Februari 1943.[1] Manifesto ini menunjukkan perubahan-perubahan filosofis yang telah dijalani Abbas. Ia sekarang mengutuk kekuasaan kolonial Prancis, tetapi juga menuntut penentuan nasib sendiri oleh penduduk Aljazair. Ia sampai menggarisbawahi perlunya konstitusi Aljazair yang akan memberikan kesetaraan bagi seluruh penduduk Aljazair. Pada bulan Mei, ia dan rekan-rekannya menambah klausul yang merencanakan kedaulatan Aljazair.[1] Manifesto ini dikirim ke Prancis tanggal 26 Juni dan ditolak oleh gubernur jenderal. Ia dan Messali Hadj membentuk Amis du Manifeste et de la Liberte yang menuntut dibentuknya republik otonom. Aktivitasnya ini menyebabkan dirinya dipenjara selamat setahun dan AML dengan cepat dibubarkan.[1] Pada tahun 1946, ia membentuk partai nasionalis Persatuan Demokratik Manifesto Aljazair (UDMA) setelah terpilih menjadi anggota Majelis Konstituen Prancis. Organisasi baru ini mengambil pendekatan yang lebih moderat, seperti pembentukan negara Aljazair yang bekerja sama penuh dengan Prancis. Semua upayanya tidak berhasil dan ia pindah ke Kairo pada tahun 1956.[1]
Karena dukungan Pakistan terhadap perjuangan kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri Aljazair, Ferhat Abbas diberikan paspor diplomatik Pakistan untuk keperluan perjalanan ke luar negeri.[2][3][4]
Pasca kemerdekaan
Aljazair merdeka pada tanggal 5 Juli 1962. Sejak 25 September 1962 sampai 15 September 1963, Ferhat Abbas adalah presiden majelis konstitusional, tetapi institusi ini langsung diabaikan oleh Ben Bella yang baru saja berkuasa. Abbas mengundurkan diri sebagai bentuk protes atas keputusan FLN yang hendak merancang konstitusi tanpa melibatkan otoritas majelis konstituen. Ia lantas dikeluarkan dari FLN dan menjadi tahanan rumah pada 1964 sampai 1965.[1]
Tahun 1976–79, ia kembali dijadikan tahanan rumah setelah menandatangani pernyataan penolakan terhadap Presiden Aljazair yang didukung militer, Kol. Houari Boumédiènne. Meski begitu, ia mendapatkan penghargaan resmi dalam bentuk medali kenegaraan, Medal of Resistance, pada tanggal 30 Oktober 1984.[5] Ia meninggal dunia satu tahun kemudian, tepat sebelum Malam Natal karena alasan politik. Ia diduga diracun melalui teh.
Tulisan
Artikel-artikel yang ditulisnya saat masih muda dikoleksi di Le Jeune Algérien: de la colonie vers la province (Aljazair Muda: Dari Koloni ke Provinsi; 1931). Ide-idenya tentang demokrasi dan pandangannya terhadap sejarah tertuang dalam serangkaian esai, termasuk La nuit coloniale (Malam Kolonial; 1962), Autopsie d'une guerre (Otopsi Sebuah Perang; 1980),[1] dan L'indépendance confisquée (1984).
Meisami, Julie Scott and Starkey, Paul (Eds). (1998). Encyclopedia of Arabic Literature. London: Routledge (ISBN 0-415-18571-8)
Ferhat Abbas, Une utopie algérienne, p. 18 et 19.
Bacaan lanjutan
Aussaresses, General Paul, The Battle of the Casbah: Terrorism and Counter-Terrorism in Algeria, 1955-1957. New York: Enigma Books, 2010. 978-1-929631-30-8.