Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Fariz Mehdawi (1951, Tulkarm, Palestina)[1] merupakan duta besar negara Palestina yang ditugaskan untuk Indonesia. Fariz Mehdawi telah bertugas di Indonesia sejak tahun 2006 sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Indonesia. Sebelum ditugaskan ke Indonesia, Mehdawi yang merupakan alumni Irbid Secondary School pada tahun 1970 dan University of Sindh di Jamshore, Sindh, Pakistan pada tahun 1979 ini pernah ditugaskan untuk menjadi duta besar Republik Tanzania, Mauritis dan Comoros Union, serta aktif di berbagai forum dan diskusi internasional. Walaupun demikian, tak banyak data pribadi yang bisa diketahui dari seorang Fariz Mehdawi. Sekadar untuk mengetahui kapan dia lahir saja, situs search engine terbesar di dunia tidak mampu memberikannya.
Selama kurang lebih enam tahun tinggal di Indonesia, setelah mengalami proses pembelajaran terhadap budaya Indonesia, Mehdawi telah dibuat jatuh cinta pada negeri ini. Menurut Mehdawi, Indonesia merupakan negara besar yang kaya akan budaya. Setiap provinsinya memiliki karakter masing-masing. Mehdawi sendiri hingga saat ini sangat gemar sekali mengenakan baju menggunakan kain-kain khas Indonesia semisal kain songket dari Sumatra, Kalimantan maupun Sulawesi. Namun kain yang paling dia gemari adalah kain batik dari Jawa. Saking gemarnya terhadap kain ini, Mehdawi hampir selalu menggunakan baju batik di setiap kesempatan. Kecintaan Mehdawi pada batik ini bermula ketika dirinya mendapatkan hadiah kain batik, saat itu istrinya kemudian menyarankan Mehdawi untuk membuat kemeja dari kain tersebut. Setelah jadi, Mehdawi merasa baju batik kepunyaannya bagus dan enak dipakai. Sejak inilah Mehdawi mulai rajin mengumpulkan baju batik. Hingga kini koleksi baju batiknya sudah tak terhitung jumlahnya. Tidak hanya itu, Mehdawi juga dibuat kagum dengan Indonesia ketika bulan Ramadan tiba. Hal pertama yang dia sukai adalah tradisi eksodus massal ke kampung halaman, atau yang lebih dikenal dengan istilah mudik. Menurutnya tradisi mudik tidak ditemui di negaranya karena jarak antara sanak famili berdekatan. Tradisi kedua yang dikaguminya di Indonesia adalah budaya saling memberi hadiah atau parcel ketika lebaran. Diakuinya, tradisi ini sempat ada di Palestina ketika dia masih kecil, sayangnya seiring perkembangan zaman, tradisi ini mulai ditinggalkan. Selanjutnya adalah, tradisi open house ketika Hari Raya. Open house memungkinkan seseorang membuka pintu rumahnya selebar-lebarnya menyambut tamu yang datang. Mehdawi sendiri berharap kalau suatu saat di negaranya sendiri, Palestina, tradisi semacam ini bisa berlangsung.