Data historis tentang kehidupan Ertuğrul sangat sedikit diketahui, selain bahwa ia adalah ayah Osman, pendiri Dinasti Utsmaniyah. Para sejarawan hanya bisa mengandalkan cerita-cerita tentang Ertuğrul yang ditulis oleh para penguasa Ottoman lebih dari satu abad kemudian, yang keakuratannya dipertanyakan banyak peneliti.[3][4]
Menurut sumber-sumber sejarah, akibat serangan Mongol ke wilayah Timur Tengah, pada akhir abad ke-13 terdapat ratusan-ribu tenda kaum nomad tersebar di seluruh Asia Minor. Di antara rombongan para pengungsi ini terdapat suku Kayi dari klan Ghazi-Turk. Menurut legenda yang beredar, Ertughrul adalah putra dari Suleyman Syah dan Hayme Hatun. Namun, berdasarkan kronik Mehmet Pasha (sebelum 1481), “Suleyman Syah menggantikan Gunduz Alp sebagai ayah Ertughrul”; demikian juga dalam Düsturname (1465) karya Enveri. Hal ini diperkuat beberapa koin peninggalan Ottoman yang ditatah dengan tulisan “Osman bin Ertughrul bin Gunduz Alp.”[5] Namun, setelah kronik Tevārīḫ Āli ʿOsmān (abad ke-15) karya Aşıkpaşazade, figur Suleyman Syah diakui secara resmi sebagai ayah Ertughrul.[6]
Menurut berbagai legenda Turki, Ertuğrul memiliki tiga saudara laki-laki bernama; Sungur-tekin, Gündoğdu dan Dündar.[7] Setelah kematian ayah mereka, Ertuğrul bersama ibunya Hayme Hatun beserta saudaranya Dündar bermigrasi ke wilayah barat Anatolia dan memasuki Kesultanan Seljuk Rum; sementara dua saudara lainnya bergerak ke arah timur.[8][9] Dengan peristiwa ini Suku Kayı terbelah dua.
Berkat bantuannya kepada Seljuk dalam suatu peperangan melawan Bizantium, Sultan Seljuk, Kayqubadh I, memberikan wilayah Karaca Dağ, daerah pegunungan antara Diyarbakır dan Urfa, kepada Ertuğrul. Menurut sebuah sumber, alasan Sultan Seljuk memberikan tanah kepada Ertuğrul adalah agar Suku Kayi dapat menjaga perbatasan dari serangan Bizantium atau musuh lainnya (kerajaan Nicea).[11] Setelah itu Ertuğrul mendapatkan desa Söğüt yang ditaklukkannya bersama dengan wilayah-wilayah di sekitarnya; dan di desa Söğüt itulah Ertuğrul meninggal. Di kemudian hari, di masa kepemimpinan putranya, Osman I, Söğüt menjadi ibukota pertama Ottoman.[12]
^History of the Ottoman Empire and modern Turkey, Volume 1, By Stanford Jay Shaw, Ezel Kural Shaw, pg. 13
^Southeastern Europe under Ottoman rule, 1354-1804, By Peter F. Sugar, pg.14
^Lindner, Rudi Paul (1983). Nomads and Ottomans in medieval Anatolia. Indiana University Uralic and Altaic series. Bloomington, Ind: Research Inst. for Inner Asian Studies, Indiana Univ. ISBN978-0-933070-12-7.
^Faroqhi, Suraiya (2009). The Cambridge history of Turkey. Cambridge (GB): Cambridge university press. ISBN978-0-521-62093-2.
^Akgündüz, Ahmet; Öztürk, Said (2011). Ottoman history: misperceptions and truths. Rotterdam: IUR Press. ISBN978-90-90-26108-9.
^Lindner, Rudi Paul (2007). Explorations in Ottoman prehistory. Ann Arbor: University of Michigan press. ISBN978-0-472-09507-0.
^Heywood, Colin; Imber, Colin; Ménage, Victor Louis, ed. (1994). Studies in Ottoman history in honour of Professor V. L. Ménage. Istanbul: Isis Press. ISBN978-975-428-063-0.
^Anooshahr, Ali (2009). The Ghazi sultans and the frontiers of Islam: a comparative study of the late medieval and early modern periods. Routledge studies in Middle Eastern history. London New York: Routledge. ISBN978-0-415-46360-7.
^"ERTUĞRUL GAZİ". TDV İslâm Ansiklopedisi (dalam bahasa Turki). Diakses tanggal 2024-09-19.