|
---|
- Ghazwah (turun langsung dalam pertempuran)
- Sariyyah (Pertempuran atas perintahnya)
|
Ekspedisi Al-Asyirah (bahasa Arab: غزوة العشيرة, translit. gazwah al-‘asyīrah), atau Dzul Asyirah, terjadi setelah Perang Buwat. Ekspedisi diperintahkan oleh Muhammad setelah ia menerima kabar bahwa ada kafilah Quraisy Mekkah yang sedang menuju ke Syam.[1] Ia kemudian memerintahkan sekitar 150-200 Muslim Muhajirin untuk berangkat dari Madinah dan mencegat rombongan kafilah itu, tetapi upaya tersebut gagal karena kafilah telah berlalu beberapa hari sebelum pasukan Muslim tiba.[1]
Sebelum kembali ke Madinah, Muhammad mengikat perjanjian kerjasama antara Muslim dengan Bani Mudlij, penduduk tempat tersebut.[1]
Kondisi pasukan
Pasukan muslimin terdiri dari 200 orang yang terbagi menjadi kavaleri dan infanteri. Pimpinannya adalah Nabi Muhammad. Sedangkan pasukan musyrikin dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Pasukan ini terdiri dari kafilah dagang dan pengawalnya, serta pasukan dari Bani Mudlij dan Bani Dhamrah.
Siasat
Pasukan muslimin menuju ke Usyairah yang berada di wilayah Yanbu'. Wilayah ini merupakan salah satu jalur perdagangan suku Quraisy antara Makkah dan Syam. Tujuannya untuk memberikan pengertian kepada kabilah-kabilah di wilayah sekitarnya dan bertempur melawan pasukan musyrikin.
Pasukan muslimin menetap di wilayah tersebut selama sebulan. Mereka mengadakan perjanjian dengan Bani Mudlij dan Bani Dhamrah. Sementara pasukan musyrikin dari suku Quraisy menghindari pertempuran dengan melintasi jalur lain. Karenana tidak ada perang yang terjadi.
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b c d e Al-Mubarakpuri, Saifur Rahman (2002), When the Moon Split, DarusSalam, hlm. 147
Daftar pustaka
- Khaththab, Mahmud Syait (2019). Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang. Sukoharjo: Pustaka Arafah. ISBN 978-602-6337-06-1.