Eko Londo (1 Agustus 1957 – 24 November 2023) adalah seorang pelawak dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan salah satu personel grup lawak Srimulat.
Masa kecil
Anak dari pasangan Ong Hwa Tjoe (Tionghoa) dan Andreana Helena Kohen (Belanda) ini tergila-gila pada Srimulat sejak kecil, bahkan ketika ada pentas Srimulat, maka Eko kecil bakalan merengek pada bapaknya untuk diantar melihat. Ternyata rasa cinta itu berlanjut hingga ia dewasa. Tahun 1980-an, Eko pun memberanikan diri melamar menjadi anggota Srimulat. Saat itu Srimulat sudah mulai disebut-sebut sebagai grup lawak paling tenar, tetapi masih terbatas pentas di Surabaya dan Jawa Timur saja dan belum melebarkan sayapnya ke Solo, Semarang, maupun Jakarta.
Karier
Pada saat itu Teguh (pendiri Srimulat) menolaknya dengan halus karena pada saat itu pelawak Srimulat terkenal dengan wajahnya yang kurang ganteng semua. Hal ini disebabkan meskipun asli Surabaya, Eko memang mempunyai darah Belanda. Ibunya, Andreana Helena Kohen, adalah nonik Belanda, putri seorang tentara kolonial yang bertugas di Surabaya.
Eko sudah pernah ikut main ludruk bersama Jalal (pelawak) dan juga dengan Cak Tohir yang membentuk Ludruk Gelora 10 November. Tapi karena sangat inginnya ia bergabung dengan Srimulat, ia tak kekurangan akal. Ia terus main ludruk dari satu pentas ke pentas lain. Selain itu kelucuannya ia juga muncul di panggung, mulai acara Agustusan di kampung-kampung hingga ke restoran mewah maupun hotel atas inisiatif pengusaha maupun pejabat.
Di situlah nama Eko mulai dikenal. Dia pun sedikit memberi embel-embel namanya dengan sebutan Eko Handai Taulan Hawai Five O John Aloha. Julukan itu muncul begitu saja. Khusus yang Aloha, karena ia sering diminta pentas di Restoran Aloha.
Namun lagi-lagi pria yang kini suka pakai udheng itu belum puas, meski sudah mulai dikenal. Ia tetap ingin gabung dengan Srimulat. Dia pun terus belajar dan mendekati para anggota Srimulat, sampai pada akhirnya pada 1984 ia diterima.
Begitu bergabung, ayah enam anak dan kakek empat cucu tersebut mendapat permintaan pentas yang terus mengalir bak air bah. Nyaris tak ada hari tanpa ada orang atau instansi yang memakai jasanya. Karena mulai kebanjiran order, Srimulat pun menggagas ekspansi gedung ke Solo, Semarang, dan Jakarta.
Sebelum 1989 Eko lebih banyak melawak lewat TVRI. Karena nama julukannya terlalu panjang, maka orang TVRI pun memberinya julukan baru: Eko Tralala.