Efek pemanasan global pada mamalia laut terjadi karena lautan menyerap sebagian besar kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, sehingga menyebabkan suhu laut meningkat drastis dibandingkan dengan suhu normalnya. Berdasarkan laporan Fifth Assessment Report yang diterbitkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada tahun 2013,[1][2] yang mengungkapkan bahwa lautan menyerap lebih dari 93% kelebihan panas yang dihasilkan dari emisi gas rumah kaca sejak tahun 1970-an. Kenaikan suhu laut tersebut secara tidak langsung berdampak pada mamalia yang ada di laut.[3][4][5]
Dampak terhadap mamalia laut
Penguin Adélie
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Delaware mengungkapkan bahwa pemanasan global yang terjadi pada abad ke-21 dapat menimbulkan ancaman bagi eksistensi banyak koloni yang ada di benua Antartika. Salah satu yang terkena efek tersebut adalah Penguin Adélie (Pygoscelis adeliae ). Padahal diperkirakan bahwa Penguin Adélie telah bertahan di Antartika selama hampir 45.000 tahun. Mereka juga telah beradaptasi dengan adanya ekspansi gletser dan fluktuasi es laut selama ribuan tahun akibat adanya perubahan iklim.[6]
Pemanasan global yang terjadi pada abad ke-21 menyebabkan ancaman terhadap pasokan makanan Penguin Adélie karena populasi ikan sebagai makanan utama mereka yang ada di beberapa daerah telah menurun hingga satu ton. Selain itu, pemanasan global mengakibatkan es laut mencair sebelum waktunya sehingga menciptakan genangan air di tanah. Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi Penguin Adélie karena tanah yang seharusnya menjadi tempat telur mereka menetas menjadi basah, sehingga telur mereka tidak bisa bertahan hidup.[7][8]
Singa laut California
Pemanasan global juga dapat menyebabkan suhu air laut meningkat sehingga banyak ikan yang menyelam lebih dalam dan lebih jauh untuk menemukan air yang lebih dingin. Hal tersebut mengakibatkan beberapa masalah bagi sebagian mamalia laut, misalnya singa laut. Bagi singa laut California (Zalophus californianus), ikan merupakan makanan favorit mereka, tapi karena jarak ekstra tersebut, mereka harus menghabiskan waktu lebih lama dan lebih banyak energi untuk bepergian maupun berburu ikan dibandingkan sebelumnya. Suhu air laut laut yang ada di California pada tahun 2015 mengalami kenaikan. Akibatnya ribuan singa laut sakit dan terdampar di pantai. Hal tersebut terjadi ketika para ibu singa laut pergi meninggalkan anak-anaknya lebih awal karena lingkungan mencari makan yang lebih sulit.[9][10]
Selain itu, pengaruh dari pemanasan global ini dapat mengancam jumlah spesies singa laut yang tinggal di daerah subartik. Hal tersebut terjadi karena tanah yang seharusnya mereka gunakan untuk reproduksi dan membesarkan anak-anaknya menjadi berkurang. Ditambah lagi mereka akan kesulitan untuk mencari tempat berjemur di bawah sinar matahari.[11][12][13]