Dongui Bogam (東醫寶鑑) adalah buku catatan pengobatan yang disusun oleh seorang Tabib Raja bernama Heo Jun (1546-1615) dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1613 saat Dinasti Joseon di Korea. Judul buku ini secara harfiah berarti "Cerminan Pengobatan dari Timur". Buku ini dianggap sangat penting dalam pengobatan tradisional Korea dan menjadi salah satu dari buku-buku pengobatan klasik dari Timur saat ini. Dongui Bogam menjadi warisan budaya Korea yang didaftarkan pada Memory of the World Programme[1] UNESCO pada bulan Juli tahun 2009.[2] Edisi asli dari Dongui Bogam sekarang disimpan oleh Perpustakaan Nasional Korea.[3]
Latar Belakang
Dikenal sebagai salah satu buku klasik di dalam sejarah pengobatan Timur, itu diterbitkan dan digunakan di banyak negara, termasuk China dan Jepang, dan bertahan sebagai kunci acuan dalam mempelajari pengobatan Timur. Pengelompokannya dan penyusunan dari gejala dan obat-obatan yang mempengaruh bagian-bagian tubuh manusia, daripada penyakit itu sendiri, adalah kemajuan yang revolusioner pada masa itu. Itu mengandung wawasan yang di beberapa kasus tidak masuk pada pengetahuan pengobatan dari Eropa sampai abad ke-21.[4]
Penyusunan Dongui Bogam dimulai pada tahun ke-29 masa pemerintahan Raja Seonjo (1596) yang dilakukan oleh para tabib utama Naeuiwon (내의원, “Klinik Kerajaan”), dengan tujuan untuk menyusun secara mendetail pengobatan tradisional Korea. Tabib Raja Heo Jun memimpin proyke itu tetapi pekerjaan itu sempat tertunda disebabkan oleh Invasi Jepang ke Korea (1592-1598)#Invasi Kedua (1597–1598)|Imjin wars]]. Raja Seonjo tidak melihat kalau proyek itu membuahkan hasil, tetapi Heo Jun dengan tabah bertahan pada proyek itu dan akhirnya menyelesaikan usaha itu pada tahun 1610, tahun ke-2 masa pemerintahan dari Raja Gwanghaegun.[3][5]
Buku
Dongui Bogam terdiri dari 25 buku. Dibandingkan dengan Hyangyak jipseongbang (향약집성방, "Kompilasi Resep Obat Korea Asli") ditulis tahun 1433, Dongui Bogam lebih teratur. Itu ditulis mengacu bukan hanya pada catatan obat-obatan Korea tetapi juga yang dari China, dan secara praktis mencatat penyakit dengan obat-obatan yang digunakan.[6]
Isi
Bukunya dibagi menjadi 5 bab: Naegyeongpyeon (내경편, Pengobatan Dalam), Oehyeongpyeon (외형편, Pengobatan Luar), Japbyeongpyeon (잡병편, Macam-macam Penyakit), Tangaekpyeon (탕액편, Obat-obatan), dan Chimgupyeon (침구편, Akupungtur).[7][6]
Naegyeongpyeon terutama mengurusi fungsi fisik dan gangguan dari organ-organ dalam. Hubungan ke 5 organ - hati, paru-paru, ginjal, jantung, dan limpa - dijelaskan dengan sepenuhnya.
Oehyeongpyeon menjelaskan funggsi dari bagian-bagian tubuh manusia yang terlihat - kulit, otot, pembuluh darah, urat, dan tulang - dan bermacam-macam penyakit yang berkaitan.
Tangaekpyeon berisikan metode yang detail untuk membuat ramuan dan cairan obat, seperti koleksi dari bahan obat herbal dan tanaman obat, membuat dan melakukan pengobatan, resep yang tepat dan pengaturan obat-obatan. Semua obat-obat herbal dikelompokkan dengan penjelasan yang menyangkut kekuatannya, masa panen, dan nama-nama umum supaya mudah dipahami.
Chimgupyeon menjelaskan langkah-langkah akupungtur untuk bermacam-macam penyakit dan gangguan.
Dongui Bogam menyajikan tidak hanya fakta medis, tetapi juga nilai filosofis dari Asia Timur. Heo Jun menyampaikan pesan bahwa menjaga energi tubuh dalam keseimbangan akan berakibat pada kesehatan seseorang yang baik. Halaman pertama dari buku itu adalah peta anatomi dari tubuh manusia, mengkaitkan tubuh manusia dengan langit dan bumi, yang mewujudkan pandangan Asia kepada alam.[8]
Edisi
Ada beberapa edisi cetakan dari Dongui Bogam selain edisi asli Naeuiwon, di dalam negara Korea sendiri dan di luar Korea. Edisi China sendiri dicetak pada tahun 1763 dengan cetak ulang pada tahun 1796, dan 1890. Edisi Jepang pertama kali dicetak tahun 1724, kemudian 1799.[6]
Pendaftaran pada UNESCO Memory of the World dan kontroversi
Pada tahun 2009, Unesco memutuskan untuk menambahkan Dongui Bogam ke daftar warisan kebudayaan berdasarkan jasanya sebagai pusaka sejarah dan ditempatkan pada Memory of the World Programme milik UNESCO, menjadi warisan budaya Korea yang ketujuh.[9]
Bagaimanapun juga, para dokter saling berdebat mengenai Dongui Bogam setelah pendaftaran resmi. The Korean Medical Association (KMA) merendahkan pentingnya buku itu, mengatakan kalau "itu tidak seharusnya dianggap tidak lebih dari sebuah pengakuan dari nilai buku itu sebagai pusaka sejarah. Itu tidak seharusnya dianggap sebagai pengakuan akan pengobatan tradisional untuk keefektifannya yang luar biasa". Membuat daftar fakta bahwa buku itu penuh dengan perdukunan seperti bagaimana melahirkan seorang anak laki-laki atau bagaimana untuk membuat dirimu tidak kelihatah. KMA menekankan bahwa Dongui Bogam hanyalah sebuah peninggalan budaya belaka dan bukan ilmu pengetahuan. The Association of Korean Oriental Medicine (AKOM) mengkritisi para dokter KMA karena kurangnya penghargaan mereka terhadap pengaruh dari Dongui Bogam dan sejarah, mengatakan kalau memang diperlukan “untuk mewarisi dan mengembangkan pengobatan tradisional”.[10]