Dokter daring
Jenis-jenis layanan telemedis[1]Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagi layanan telemedis ke dalam tiga kategori menurut cara interaksinya yaitu: Simpan dan kirim (asinkron)Metode ini memungkinkan pasien untuk menyimpan data dan rekam jejak medis pada suatu platform untuk dianalisa oleh tenaga keseahatan di kemudian hari sehingga sering digunakan untuk layanan kesehatan yang bersifat non-medis. Layanan ini lumrah digunakan pada beberapa bidang kedokteran seperti dermatologi, radiologi, dan oftamologi. Layanan interaktif (waktu nyata)Metode ini melibatkan komunikasi dua arah antara beberap pihak dalam praktik klinis secara jarak jauh. Layanan ini biasanya digunakan untuk mendiagnosa pasien serta pendampingan terapi apabila dibutuhkan. Telemonitoring (sinkron)Telemonitoring memungkinkan tenaga medis untuk memantau kondisi pasien dari jarak jauh menggunakan alat kesehatan yang terhubung ke perangkat telekomunikasi. Layanan ini biasanya diberikan kepada pasien dengan kondisi kronis sehingga setiap ada nya perubahan kondisi pasien, tenaga kesehatan dapat langsung berkoordinasi untuk melakukan tindakan kepada pasien. Privasi dan keamanan[2]Pandemi seperti COVID-19 turut mengakselerasi penggunaan telemedis seiring dengan anjuran dari pemerintah di berbagai negara untuk membatasi mobilitas dan kontak fisik. Popularitas telemedis datang dengan beberapa resiko salah satunya adalah resiko privasi dan keamanan yang terbagi dalam tiga faktor yaitu lingkungan, teknologi, dan operasional. LingkunganKondisi lingkungan seperti kondisi tempat tinggal, lingkungan sosial, dan kondisi sekitar merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi privasi. Kelompok rentan seperti tunawisma, lansia, remaja, dan penyintas gangguan jiwa sering kali merasa khawatir akan kurangnya ruang pribadi untuk melakukan konsultasi telemedis. Pasien telemedis juga merasa khawatir untuk membagikan informasi terkait kondisi kesehatan tertentu seperti HIV/AIDS, kesehatan mental, dan alat kontrasepsi.[3] TeknologiSesuai dengan sifat dari telemedis yang memanfaatkan layanan teknologi informasi dan komunikasi, maka kendala teknis dari layanan tersebut akan mempengaruhi layanan telemedis seperti peretasan video kunjungan pasien, keterbatasan akses terhadap internet (selular dan Wi-Fi), ketersediaan perangkat digital yang memupuni, dan rendahnya kualitas output audio dan video. Selain kendala teknis, rendahnya literasi digital juga dapat menjadi kendala dalam menggunakan layanan telemedis.[4] OperasionalKendala operasional merupakan aspek lain yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan layanan telemedis. Beberapa faktor operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
ResikoSeperti halnya layanan menggunakan teknologi informasi lainnya, telemedis juga rentan terhadap kejahatan siber karena di dalamnya terdapat data dan informasi pasien yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Penyedia layanan telemedis harus bisa menjamin keamanan transaksi elektronis untuk menjaga keamanan data pasien serta menjaga reputasi dari penyedia layanan telemedis. Sumber daya manusiaTeknologi informasi dan dunia kedokteran adalah dua hal yang berbeda, untuk memadukannya diperlukan sumber daya manusia yang kompeten. Untuk itu para ahli medis perlu mendapat pelatihan yang memadai dalam pemanfaatan teknologi dan terbiasa menyelaraskan kedua hal yang menjadi basis dari teknologi telemedis ini.[5] Faktor sosialKeinginan pasien untuk menggunakan aplikasi telemedis tidak hanya ditentukan oleh kemudahan yang ditawarkan oleh telemedis. Faktor lain seperti kualitas komunikasi visual kepada pasien dalam bentuk desain grafis dan dukungan layanan kesehatan dari organisasi lain dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pasien untuk menggunakan layanan telemedis.[6] Faktor geografiTelemedis tidaklah hanya meng-elektronik-kan data-data medis dan kemudian dokter mengirimkankannya pada pasien atau sebaliknya, pasien mengirimkan keluhannya pada dokter atau paremedis, melainkan lebih dari itu. Perlu pula diadakan sinkronisasi dari data-data lain dari pasien misalnya informasi geografi sekitar dan posisi pasien pada saat tertentu, berkaitan dengan adanya epidemi atau penyakit lokal yang khusus terdapat pada suatu daerah misalnya. Personalisasi informasi kesehatan ini disebut sebagai location-based health information.[7] Lihat pulaRujukan
Pranala luar |