Kerja jarak jauhKerja jarak jauh (bahasa Inggris: telecommuting, remote working; istilah padanan lain: kerja dari rumah, bahasa Inggris: work from home/WFH) adalah model atau perjanjian kerja di mana karyawan memperoleh fleksibilitas bekerja dalam hal tempat dan waktu kerja dengan bantuan teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, kegiatan bepergian ke kantor atau tempat kerja digantikan dengan hubungan telekomunikasi.[1] Dengan sistem ini, banyak karyawan yang pada akhirnya bekerja di rumah, sementara lainnya, yang lazim disebut pekerja nomaden (nomad workers) atau web commuters menggunakan teknologi komunikasi untuk bekerja dari kafe atau tempat lain yang nyaman bagi mereka. Telework, di sisi lain, merupakan istilah yang bermakna lebih luas lagi. Telework merujuk pada penggantian segala bentuk teknologi telekomunikasi yang terkait dengan pekerjaan-yang-perlu-bepergian, yang pada akhirnya mengurangi hambatan jarak dengan telecommuting. Seseorang yang ber-telecommuting biasa disebut dengan “telecommuter”. Motto yang sering didengungkan oleh para telecommuter adalah “pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan dan bukan tujuan bepergian.”[2] Agar telecommuting dapat berjalan dengan baik, diperlukan gaya manajemen yang baik, yang didasarkan dan ditujukan pada hasil, bukan pengamatan yang mendetail dari masing-masing karyawan secara individual. Hal ini menunjuk pada manajemen berbasis tujuan (management by objectives) yang bertolakbelakang dengan manajemen berbasis observasi (management by observation). Istilah telecommuting dan telework sendiri mulai berkembang pada tahun 1973. Penggagasnya bernama Jack Nilles.[3] Statistik kerja jarak jauhDi Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari lima puluh juta karyawan (kurang lebih 40% dari keseluruhan populasi dapat bekerja dari rumah, setidaknya untuk beberapa hari dalam seminggu hari kerja).[4] Pada tahun 2008, hanya 2,5 juta karyawan (di luar angka wirausahawan) menganggap rumah sebagai tempat utama melakukan pekerjaan dan bisnisnya.[5] Telecommuter musiman—orang-orang yang bekerja dari tempat yang jauh (meski tak selalu dari rumah)—di Amerika Serikat hingga tahun 2008 mencapai angka 17,2 juta orang.[6] Hingga kini, sangat sedikit perusahaan yang mempekerjakan sebagian besar karyawannya dari rumah sehari penuh. Perkecualian perlu diberikan pada industri call center yang mempekerjakan ribuan pekerja rumahan. Bagi mayoritas karyawan, pilihan untuk bekerja di rumah dilihat sebagai sebuah keuntungan; kendati sebagian besar mereka tidak setiap hari dalam seminggu melakukannya.[7] Pada tahun 2009, Kantor Manajemen Personil melaporkan sekitar 102.000 karyawan Federal melakukan telework.[8] Hingga tiga tahun berikutnya, baik sektor publik maupun swasta, menurut pembuat kebijakan Teknologi Informasi di Amerika Serikat memprediksi adanya peningkatan telework hingga 65% untuk sektor publik dan 33% untuk sektor swasta atau privat.[9] TeknologiGagasan telecommuting berawal mula pada berkembangnya teknologi era 1970-an awal yang dapat menyambungkan kantor-kantor satelit ke perkotaan dan perumahan dengan dumb terminals dari saluran telepon sebagai jembatan jaringan (network bridge). Penyusutan biaya yang signifikan dan peningkatan performa serta kegunaan dari komputer pribadi menyebabkan desentralisasi lebih lanjut, dengan memindahkan kantor ke rumah-rumah. Pada tahun 1980 awal, kantor-kantor cabang dan pekerja rumahan dapat terhubung dengan perusahaan inti dengan menggunakan komputer pribadi dan emulasi terminal. Ihwal telework jarak jauh, proses ini difasilitasi oleh groupware, jaringan virtual privat, panggilan konferensi, video conferencing dan VoiceoverIP (VoIP). Akan sangat efisien dan bermanfaat bagi perusahaan manakala karyawannya diperbolehkan bekerja dengan jarak jauh. Hal ini membuat perusahaan bisa menekan pengeluaran dan mendapat pemasukan. Sebagaimana koneksi internet saat ini sudah menjadi sangat jamak di masyarakat, semakin banyak karyawan memiliki bandwidth yang memadai di rumah untuk digunakan sebagai sarana penghubung mereka dengan fasilitas intranet kantor dan jaringan telepon internal. LAN yang diadopsi mempromosikan keterbagian sumber daya, dan komputasi server-klien membuat lebih banyak lagi desentralisasi. Kini, telecommuters bisa menggunakan laptop bersama mereka untuk bekerja, baik di kantor maupun di rumah (dan hampir mungkin, di segala tempat). Meroketnya komputasi awan (cloud computing) dan ketersediaan teknologi Wi-Fi kian mempermudah akses ke server yang jauh melalui kombinasi dari hardware dan software yang bisa digunakan di mana saja. Keuntungan-keuntunganAplikasi telecommuting menawarkan keuntungan yang besar bagi komunitas, karyawan, dan perusahaan. Bagi komunitas, telecommuting memungkinkan pengerjaan yang lebih utuh dan penuh (dengan meningkatkan kemampuan bekerja di lingkungan yang dekat, khususnya bagi mereka para orang tua yang bekerja di rumah, para penjaga, penyandang cacat, dan penduduk yang tinggal di tempat yang sangat jauh), mengurangi kemacetan dan kemungkinan kecelakaan, melegakan lalu lintas, mengurangi jumlah gas rumah kaca (GRK), menghemat bahan bakar, mengurangi penggunaan energi, memperbaiki kesiapan bencana, dan mereduksi target terorisme. Namun, untuk perusahaan, telecommuting bisa memperluas dan mengembangkan bakat karyawan, mengurangi atau menghambat penyebaran penyakit, mereduksi biaya, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi jejak keluaran karbon dan penggunaan energi, serta menawarkan metode yang terjangkau untuk melaksanakan Americans with Disabilities Act (ADA) tahun 1990, mengurangi pergantian dan absensi, memperbaiki moral karyawan, menawarkan kesinambungan operasionalisasi strategi, meningkatkan kemampuan karyawan untuk menangani pekerjaan melewati batas waktu, dan menguatkan kemampuan adaptasi budaya karyawan. Pekerja telework tetap dapat menghemat pengeluaran hingga USD 20.000 per karyawan.[10] Guna telecommuting bagi individu, antara lain menciptakan keseimbangan antara bekerja dengan pekerjaan rumah dengan lebih baik, mengurangi pengeluaran karbon, menekan penggunaan bahan bakar, menciptakan libur baru dari 15 hingga 25 hari setahun, dan menghemat sekitar USD 4.000 hingga USD 21.000 per tahun untuk keperluan bepergian dalam kepentingan pekerjaan.[11] Ketika harga bahan bakar diasumsikan rata-rata USD 3 per galon, karyawan yang rata-rata bekerja 5 hari dalam seminggu menghabiskan sekitar USD 138,8 per bulan hanya untuk biaya bahan bakar. Bilamana 53% dari seluruh pekerja kerah-putih tersebut bekerja telework selama 2 hari dalam seminggu, maka secara kolektif mereka melakukan penghematan 9,7 galon bahan bakar dan USD 38,2 miliar setahun.[12] Telecommuting paruh-waktu dengan pekerjaan yang tepat (40%) dan keinginan untuk melakukannya (79%) akan menyelamatkan dan banyak membantu perusahaan, komunitas, dan karyawan lebih dari USD 650 miliar per tahunnya. Ini merupakan hasil dari peningkatan produktivitas, berkurangnya pengeluaran kantor, menurunnya absensi dan pergantian, berkurangnya aktivitas bepergian untuk kepentingan pekerjaan, berkurangnya kebutuhan perbaikan jalan, konsumsi bahan bakar semakin berkurang dan berbagai penghematan lainnya.[13] Keuntungan dari Sisi LingkunganTelecommuting mulai mendapat perhatian di Amerika Serikat setelah pada tahun 1996 dikeluarkan amendemen Clean Air Act yang ditujukan untuk mengurangi karbon dioksida dan perbaikan ozon hingga 25%.[14] Perjanjian tersebut meminta perusahaan mendorong karyawannya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, lebih memilih kendaraan umum, mempersingkat hari kerja dalam seminggu, dan melakukan telecommuting. Pada tahun 2004, agen-agen negara Federal Amerika Serikat mendorong implementasi telecommuting. Akan tetapi, peraturan tersebut terancam sebab agen Federal tak dapat menyediakan pilihan-pilihan telecommuting bagi seluruh karyawan. Jika 40% populasi penduduk Amerika Serikat memiliki pekerjaan yang dapat dilakukan dengan telecommuting dan mau bekerja di rumah untuk hampir separuh dari total waktu kerjanya maka:
Kepuasan KaryawanFleksibilitas telework merupakan keuntungan tambahan yang diinginkan karyawan. Riset Robert Half International Financial Hiring Index pada tahun 2008, yang mensurvei 1.400 CFO menemukan 13% responden menganggap telework sebagai insentif perekrutan terbaik saat ini untuk akuntan profesional.[16] Pada survei sebelumnya, 33% menganggap telework sebagai insentif perekrutan terbaik dan separuh (50%) menganggap telework sebagai insentif perekrutan terbaik kedua.[17] Permasalahan yang Mungkin Timbul
Referensi
Pranala luar
|