Dhow (bahasa Arab: داو, daw) adalah nama umum untuk sejumlah kapal layar tradisional dengan satu atau lebih tiang, memakai layar lateen, dan digunakan di wilayah Laut Merah dan Samudra Hindia. Sejarawan berbeda pendapat apakah dhow diciptakan oleh orang Arab atau orang India.[1][2] Dhow biasanya berlambung panjang tipis, digunakan sebagai kapal dagang terutama untuk membawa barang berat, seperti buah, air tawar, atau berbagai barang dagangan, pada jalur perdagangan di sepanjang pantai Arabia Timur (negara-negara Arab di Teluk Persia),[3]Afrika Timur, Yaman, dan beberapa wilayah Asia Selatan (Pakistan, India, dan Bangladesh). Dhow berukuran besar memiliki awak sekitar tiga puluh orang, sedangkan bentuk yang lebih kecil biasanya berawak sekitar dua belas orang.
Sejarah
Sejarah asal-usul dhow yang sebenarnya masih belum jelas. Beberapa peneliti menduga ia ditemukan antara 600 SM hingga 600 M di India. Ada pula yang mengklaim bahwa sambuk, sejenis dhow, mungkin berasal dari caravel Portugis.[4]
Orang-orang Yaman Hadramaut serta orang Oman selama berabad-abad telah pergi ke Beypur di Kerala India untuk memperoleh dhow mereka. Hal ini karena hutan-hutan Kerala menyediakan sumber kayu dan tali sabut yang baik, serta adanya tukang kayu khusus yang terampil dalam membuat kapal. Pada zaman dulu, papan selubung lambung dhow disatukan dengan memakai tali sabut kelapa. Dhow Beypur dikenal dengan nama Uru dalam bahasa Malayalam, yaitu bahasa setempat di Kerala. Para pemukim dari Yaman, yang dikenal sebagai Baramis, saat ini masih terlibat dalam pembuatan Uru di Kerala.
Pada tahun 1920-an, para penulis Britania menyatakan bahwa Al Hudaidah di Yaman merupakan pusat pembuatan dhow. Ukuran kapal-kapal yang dibuat di Al Hudaidah lebih kecil, dan digunakan untuk perjalanan di sepanjang pantai. Mereka dibangun menggunakan kayu akasia yang tumbuh di Yaman.[5]
Penulis dan petualang Alan Villiers (1903–1982) mendokumentasikan kehidupan sehari-hari perdagangan laut di Samudera India ketika antara 1938-1939 ia berlayar menggunakan dhow, mengabadikannya dalam beragam foto, serta menerbitkannya dalam beberapa buku yang membahas mengenai navigasi dhow.[6][7]
Navigasi
Para pelaut dhow tradisional menggunakan kamal sebagai alat navigasi perbintangan mereka. Kamal merupakan alat observasi untuk menentukan garis lintang dengan cara mengukur kemiringan sudut Bintang Kutub di atas cakrawala.[8]
Galeri
Dhow terlihat di lepas pantai Dar es Salaam, Tanzania
Dhow di perairan Samudera Hindia
Sebuah dhow kecil di Zanzibar
Lukisan sebuah Baghlah, dhow traditional untuk laut dalam.