Derby del Sole atau Derbi Matahari adalah sebutan bagi persaingan dan permusuhan antara dua klub sepak bola Italia, yakni Roma dan Napoli. Permusuhan dua klubsepak bola yang bermukim di Italia bagian tengah ini cukup kompleks. Tidak seperti permusuhan klub sepak bola lainnya, Roma ataupun Napoli memulai permusuhan mereka dari dalam lapangan.[1] Tetapi insiden dari dalam lapangan itu yang kemudian perlahan bergeser menjadi konflik ideologi, sosial, dan budaya bagi kedua klub dan pendukungnya.[2] Kedua pendukung klub pun tak jarang terlibat insiden kekerasan yang menimbulkan korban jiwa,[3] yang tersohor adalah tewasnya pendukung Napoli bernama Ciro Esposito di tangan ultras Roma bernama Daniele De Santis pada 2014 silam.[4]
Latar Belakang
Sebenarnya pada awalnya pendukung Roma dan Napoli bersahabat.[1] Pertemuan pertama kedua klub terjadi pada 1929, tiga tahun setelah A.S. Roma berdiri.[5] Pertemuan pertama itu adalah simbol persahabatan dan keharmonisan Roma dan Napoli. Persahabatan atau gamellaggio antara Roma dan Napoli itu terbentuk karena kecemburuan bersama terhadap tiga klub dari Italia utara, yakni Juventus, A.C. Milan, dan Inter Milan.[6] Namun kini gamellaggio antara Roma dan Napoli tidak lagi tersisa, kedua klub bahkan sudah terlanjur saling membenci.
Efek Maradona dan Giordano
Cikal bakal permusuhan Roma dan Napoli sudah terjadi ketika kedatangan Maradona ke San Paolo. Dengan datangnya Maradona membuat publik Napoli antusias dan optimis terhadap klub.[1] Setiap kali Napoli melakoni pertandingan kandang, setiap tribun di stadion San Paulo selalu penuh, itu karena para pendukung Napoli ingin menyaksikan Maradona beraksi.[6]
Satu waktu pada lanjutan Serie A musim 1985/86, Roma bertandang ke Napoli. Sebagai gamellaggio suporter Roma sudah diberikan tribun khusus di San Paolo. Namun kali ini seluruh tribun penuh, termasuk tribun yang biasa ditempati suporter Roma. Suporter Roma yang merasa direndahkan kemudian tetap menempati tribun biasanya, hal ini menimbulkan perselisihan dengan suporter Napoli yang menempati tribun tersebut. Masalahnya adalah suporter Napoli yang menempati tribun itu tidak paham soal gamellaggio Roma dan Napoli, sehingga terjadilah keributan.[6]
Setahun setelah insiden di tribun San Paolo, petinggi Napoli membuat keputusan transfer mengejutkan. Napoli saat itu mendatangkan Bruno Giordano, mantan pemain S.S. Lazio yang tidak lain adalah musuh abadi Roma. Suporter Roma menanggapi kedatangan Giordano ke Napoli dengan chant menghina Giordano. Tidak terima pemainnya dihina, suporter Napoli membalas dengan membuat chant balasan yang diarahkan ke pemain Roma, Bruno Conti.[6] Sejak itulah friksi-friksi permusuhan mulai tersemai di antara dua klub yang awalnya bersahabat ini.
Selebrasi Provokatif
Permusuhan Roma dan Napoli memuncak pada lanjutan Serie A 25 Oktober 1987 di Stadion Olimpico. Pertandingan antara Roma dan Napoli itu sedang dipimpin oleh Roma dan membuat Napoli tertekan. Suporter Napoli semakin kesal dan protes atas keputusan wasit mengeluarkan dua pemain mereka, Alessandro Renica dan Careca. Namun kekesalan itu berhasil reda ketika Giovanni Francini berhasil menyamakan kedudukan melalui umpan Diego Maradona. Pertandingan berakhir dengan imbang.[2]
Setelah pertandingan berakhir, secara tidak diduga salah satu pemain Napoli, yakni Salvatore Bagni memprovokasi suporter Roma. Saat itu Bagni melemparkan salam jari tengah ke arah suporter Roma yang melakukan hormat Nazi.[5] Suporter Roma menjawab selebrasi Bagni itu sebagai provokasi dan memantik permusuhan.[2]
Menyinggung Sejarah
Situasi panas pasca-selebrasi Bagni berlanjut ke luar stadion, bahkan ketegangan itu sampai ke Naples. Ketegangan itu memicu insiden kekerasan di sebuah bar yang diawali dengan ungkapan mengejek terhadap Roma. Orang-orang Napoli mengejek Roma dengan kalimat "AVIMM NOV LION NOV LION" , sebuah ungkapan yang bagi penduduk Roma adalah menghina kota mereka pada era Koloseum.[2] Pendukung Roma juga menyanyikan lagu Vesuvius sebagai bentuk penghinaan terhadap sejarah wilayah Napoli.[5]