De Expres merupakan surat kabar yang terbit pertama kali pada 1 Maret 1912 di Bandung. Pendirinya adalah Douwes Dekker dan dibantu oleh Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiganya kerap disebut sebagai Tiga Serangkai.[1]
Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan: 1907-2007, harian berbahasa Belanda ini tak hanya menyediakan forum guna membahas berbagai masalah politik di Hindia Belanda. Lebih jauh dari itu, surat kabar ini menjadi tungku panas pematangan ide-ide tentang nasionalisme
yang disebar Dekker dkk.[1]
Sebagaimana diketahui, ketiga orang itu merupakan pendiri Indische Partij. Tak ayal, sejak diterbitkannya, koran ini paling sering memuat tulisan dari Tiga Serangkai yang menjadi momok oleh pemerintah kolonial.[1]
Hal tersebut terlihat seperti tulisan Douwes Dekker yang isinya mengimbau kaum Indo-Eropa untuk tak usah lagi mengaku-aku dirinya menjadi orang Eropa kalau mau maju. Terhadap golongan ini, Douwes Dekker menyebutnya ”kaum Hindia" atau "Indonesier".[1]
Kata ”Indonesier” yang kemudian menjadi Indonesia inilah yang dianggap tabu pemerintah Belanda. Akibat dari tulisan tersebut, pemerintah kian berang dan pasang tampang. Masalahnya, imbauan Douwes Dekker melalui partainya itu ternyata berefek domino. Ia bisa menarik simpati orang Indo dan kaum Pribumi. Mereka setuju akan imbauan itu dan bersedia untuk masuk menjadi anggota Indische Partij.[1]
Koran ini dibredel oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1913 karena memuat tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda". Tulisan itu mengkritik pemerintah Hindia Belanda yang sedang memperingati hari kemerdekaannya.[1]
Tulisan itu ditulis dalam konteks rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.[1]
Selain korannya diberangus, Tiga Serangkai juga ditangkap kemudian dibuang ke negeri Belanda dan Indische Partij dinyatakan sebagai partai terlarang.[1]
Referensi