Daemusin dari GoguryeoDaemusin dari Goguryeo (4-44, bertakhta 18-44) merupakan raja ketiga dari Kerajaan Goguryeo, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea di bagian paling utara. Ia memerintah dari tahun 18 hingga tahun 44. Raja Daemusin memimpin awal Goguryeo melewati sebuah periode perluasan wilayah yang sangat besar, menguasai beberapa negara kecil dan kerajaan yang berkuasa di Dongbuyeo.
Latar BelakangPangeran Muhyul merupakan putra ketiga Raja Yuri, dan cucu Jumong. Ia ditunjuk sebagai putra mahkota pada tahun 14, diusianya yang ke-11 tahun, dan menjadi raja setelah kematian ayahandanya empat tahun kemudian. Ia dimakamkan di Daesuchonwon. Daemusin adalah ayah raja kelima Goguryeo, Mobon Daemusin memperkokoh pemerintahan pusat Goguryeo dan mengembangkan wilayah-wilayahnya. Ia mencaplok Dongbuyeo dan membunuh rajanya, Daeso pada tahun 22. Bersisian dengan Sungai Amnok, ia menguasai Gaema-guk pada tahun 26, dan kemudian menguasai Guda-guk. Setelah menangkis serangan dari TIongkok pada tahun 28, ia mengirim putranya, Pangeran Hodong, untuk menyerang Komander Lelang dibagian barat laut Korea pada tahun 32. Ia menghancurkan Nangnang pada tahun 37.[1][2][3] Sebuah legenda kisah cinta di antara Pangeran Hodong dan Putri Nangnang tercatat di dalam babad Samguk Sagi yang terkenal di Korea sampai sekarang. Putri tersebut konon merusak drum perang yang terletak di dalam istananya, agar Goguryeo dapat menyerang tanpa peringatan. Penggambaran ModernPada masa modern seperti sekarang ini, Daemusin dikenal sebagai model dari Manhwa dan permainan game Nexus: The Kingdom of the Winds. Serial TV sejarah "The Kingdom of The Winds", dimulai tayangannya pada bulan September 2008. Drama ini dibuat berdasarkan dari manhwa yang menggambarkan Muhyul, seorang pangeran dari Goguryeo, yang lahir dengan ramalan bahwa suatu hari ia akan menghancurkan Goguryeo. Makna GelarRaja Muhyul diberikan gelar "Dae-musin wang", yang secara literal berarti "Raja Perang Yang Agung". Sama seperti kebanyakan raja-raja Goguryeo, tidak banyak yang diketahui tentang Raja Muhyul selain dari yang telah tercatat di dalam beberapa sumber riwayat Korea kuno, seperti Samguk Sagi. Beberapa sejarawan beranggapan bahwa dengan adanya gelar yang begitu hebat menandakan bahwa pria tersebut memiliki kemampuan yang hebat di dalam bidang militer yang memimpin Goguryeo mencapai prestasi yang hebat, kemungkinan lebih dari yang diceritakan di dalam teks sejarah. Sekolah lainnya menyebutkan, bahwa destruksi Timur Buyeo itu sendiri dianggap tak masuk akal pada saat itu, yang berarti Timur Buyeo merupakan sebuah kerajaan yang berkuasa menurut beebrapa sarjana. Tidak semua pemimpin Goguryeo diberikan gelar Anumerta spesial atau dimasa mereka masih hidup. Kebanyakan mereka diberikan gelar Anumerta berdasarkan tempat di mana mereka dimakamkan. Hanya beberapa saja di antara para pemimpin yang memiliki gelar spesial, seperti Raja Gwanggaeto yang Agung dan Raja Dongmyeongseong, diberikan nama Anumerta dengan "makna" seperti itu. ReferensiLihat pula
|