DB Schenker adalah sebuah divisi dari Deutsche Bahn AG yang fokus pada logistik. Perusahaan ini diakuisisi oleh Deutsche Bahn pada tahun 2002. Perusahaan ini terbagi menjadi sejumlah divisi yang masing-masing menangani transportasi darat, laut, dan udara, serta logistik kontrak.
Sejarah
Pada biografinya, CEO Deutsche Bahn (DB), Hartmut Mehdorn menjelaskan kenapa DB akhirnya mengakuisisi perusahaan logistik internasional ini. Pada tahun 2000, hasil analisis menunjukkan bahwa 200 pelanggan terbesar DB mengirim 60% produknya ke luar negeri.[3] Karena sebagian besar operasi DB hanya ada di Jerman, pelanggan pun beralih ke perusahaan lain yang jaringannya lebih luas. Akan memakan waktu terlalu lama bagi DB jika harus mengembangkan bisnisnya ke luar negeri dari nol.[4] Sehingga DB akhirnya memutuskan untuk mengakuisisi Stinnes AG dan nama merek Schenker.
Sejak bulan Desember 2007, DB Schenker pun resmi menjadi anak usaha Deutsche Bahn yang bergerak pada bisnis logistik kargo. DB Schenker berisi semua bisnis logistik dan transportasi milik Deutsche Bahn (kecuali kargo kereta api), dan memperkerjakan lebih dari 72.000 orang yang tersebar di sekitar 2.000 lokasi di 140 negara.
Organisasi
Schenker AG dan sejumlah anak usahanya telah menangani sejumlah operasi logistik di seluruh dunia, termasuk Transportasi Darat, Kargo Udara dan Laut, serta Logistik Kontrak, dan merupakan bagian dari DB Schenker. Sejak tahun 2016, bisnis kargo kereta api tidak lagi beroperasi dengan merek DB Schenker Rail. Namun beroperasi sebagai unit bisnis independen dengan nama merek DB Cargo di dalam Deutsche Bahn Group.[5]
Pelanggan besar
DB Schenker melayani sejumlah perusahaan global dan lokal. Paling besar, DB Schenker menangani rantai pasok dari perusahaan multinasional yang besar dan kompleks, seperti Apple,[6] Procter & Gamble,[7] Dell,[8] ASML,[9] BMW,[10] dan masih banyak lagi.
Kontroversi
Pada tahun 2016, DB Schenker divonis bersalah atas sejumlah kasus korupsi di St. Petersburg, Rusia, dengan menyuap sejumlah petugas bea cukai lokal dari tahun 2010 hingga pertengahan tahun 2012. Pada saat itu, DB Schenker berkomplot dengan sebuah instansi pemerintah Rusia untuk mempermudah pengiriman barang ke pabrik milik Ford di St. Petersburg. DB Schenker pun didenda sebesar €2 juta.[11]
Pada bulan September 2015, CEO Jochen Thewes menampar dan mendorong seorang pengemudi taksi yang menolak untuk mengangkutnya, karena ia sedang mabuk di pusat kota Singapura. Ia juga menendang taksi tersebut. Thewes kemudian didenda sebesar S$1000 dan dipenjara selama dua minggu di Singapura.[12]
Referensi