Curug Cipendok adalah air terjun dengan ketinggian 92 meter yang terletak di lereng Gunung Slamet. Curug Cipendok mempunyai daya tarik tersendiri, karena lingkungan masih betul-betul alami. Kesunyian juga masih sangat terasa, sebab belum banyak pelancong yang datang menikmati keindahan alamnya. Hawa di sekitarnya sejuk dan sepanjang jalan menuju ke sana terdapat area perkebunan. Di sekitar wilayahnya terdapat bumi perkemahan, Rearing Unit Manggala BBPTU Sapi Perah Baturraden dan sebuah telaga yang bernama Telaga Pucung.
Latar belakang
Keindahan alam Curug Cipendok baru dilirik pemerintah kabupaten Banyumas pada tahun 1984 dan pembukaannya secara resmi sebagai objek wisata baru dilaksanakan pada tanggal 27 Februari1987 setelah membangun sarana ala kadarnya, seperti tempat peristirahan dan mushola. Usaha-usaha peningkatan pelayanan juga masih terus dilakukan. Hal ini terbukti dengan berbagai langkah yang diambil pemerintah dalam usaha mempromosikan lewat peta pariwisata Banyumas dan pengadaan sarana demi saran untuk dapat menunjang kenyamanan pengunjung. Seperti terlihat dari pembangunan tempat bermain anak, pementasan hiburan, perbaikan jalan, penambahan objek wisata yaitu Telaga Pucung yang berada sekitar 500 meter arah barat dari lokasi Curug, dll.
Daya tarik objek wisata ini adalah telaga dengan air yang cukup jernih dan di sekitarnya dikelilingi hutan yang masih alami. Selain itu, wisatawan juga dapat mendengar suara-suara burung langka seperti elang Jawa yang terbang berputar-putar di atas telaga. Apalagi, bagi pengunjung yang beruntung dapat melihat spesies endemik sejenis monyet berwarna abu-abu yakni rek-rek.
Tempat wisata yang masuk dalam wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur tersebut mulai dibenahi dengan berbagai fasilitas, karena dijadikan tujuan wisata secara resmi. KPH Banyumas Timur telah melengkapi dengan tempat parkir, tempat istirahat, dan kamar mandi. Bahkan Perhutani telah memberi nama-nama pohon langka yang hidup di situ. Tujuannya tidak lain diperuntukkan bagi para pelajar, di samping menikmati alam, mereka juga dapat mengenal tumbuh-tumbuhan langka yang hidup di tempat itu.[1]
Lokasi
Curug Cipendok terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Lokasi air terjun ini cukup mudah untuk dicapai. Jalan menuju lokasi sudah diaspal semua. Sampai lokasi parkir, kemudian harus berjalan menuju lokasi air terjun. Di jalan menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan Mendoan, susu murni yang bisa ditemukan di warung-warung rumah penduduk. Perkebunan tomat, cabai dan seledri cukup menarik dinimati dalam perjalanan menuju lokasi. Belum lagi sungai-sungai kecil denga air jernih mengalir, bisa mengundang untuk turun sejenak merasakan sejuk dan jernihnya air pegunungan. Bila hari besar seperti libur lebaran, lokasi ini cukup ramai dikunjungi setiap tahunnya.
Untuk masuk ke lokasi Curug Cipendok, bisa ditempuh melalui kota Purwokerto, menuju ke jalan Jend. Sudirman, ke arah alun-alun. Kemudian lurus menuju ke jalan raya Cilongok sampai pertigaan Losari, sekitar 14 km dari Purwokerto. Selanjutnya, ada tanda berupa rambu lampu kuning, Anda belok ke kanan menuju lokasi dengan jarak sekitar 8 km.[2]
Dari jalan raya Cilongok menuju lokasi berjarak 8 km dengan kondisi jalan naik dan berkelok, tetapi aspalnya sudah halus. Di sekitar lokasi Curug Cipendok, ada juga wisata telaga yang sungguh menakjubkan yakni Telaga Pucung. Telaga setempat dikelilingi oleh hutan pinus dan damar, sehingga sangat cocok untuk camping ground.
Bagi yang tidak mempunyai kendaraan pribadi ataupun ingin mengunjungi kawasan Curug Cipendok tanpa menggunakan kendaraan pribadi, dapat memanfaatkan angkutan umum (Koperades). Angkutan umum ini mempunyai trayek jalur Ajibarang - Losari - Kalisari - KarangTengah - Lebaksiu - Curug Cipendok. Pada hari biasa Koperades ini biasanya hanya melayani rute Ajibarang - Losari - Lebaksiu (KarangTengah), tetapi bisa disewa (dicarter) untuk membawa pelancong yang ingin menuju Curug Cipendok. Biasanya untuk para pelancong yang ingin menyewa Koperades, bisa mencari di pertigaan Losari (desa KarangLo).
Antara Curug Cipendok dengan tempat parkir mobil masih tersisa sekitar 500 meter. Namun jangan khawatir, perjalanan 500 meter jalan dari pintu masuk menuju curug tidak bakal membuat bosan. Justru sebaliknya, perjalanan tersebut membuat pengunjung dibawa memasuki alam yang masih asri. Dengan jalan yang naik turun, wisatawan yang datang akan disambut dengan suara-suara serangga khas hutan tropis.
Setelah berjalan sekitar 15-20 menit, sebelum sampai Curug Cipendok akan terdengar suara gemuruh seperti hujan lebat. Itulah suara air terjun yang turun dari ketinggian hampir 100 meter tersebut. Udara dingin ditambah dengan titik-titik air membuat suasana damai dan fresh. Jika sudah agak siang, sinar matahari yang bersinar membuat pelangi tipis hasil pantulan titik-titik air yang turun.
Fasilitas
Fasilitas yang ada di Curug Cipendok
Tersedia tempat parkir, tempat istirahat, arena bermain anak-anak seperti ayunan dan kamar mandi. Di lokasi curug ini terdapat menara pandang yang dapat melihat pemandangan kota Purwokerto apabila cuaca sedang cerah. Juga sepanjang jalan menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan mendoan, susu murni dan makanan kecil.
Selain keindahan alamnya yang masih asli, di sekitar Curug Cipendok juga masih terdapat elang dan macan (harimau) Jawa. Dimana keberadaannya kini semakin berkurang.
tempat parkir untuk kendaraan beroda empat dan dua
Telaga Pucung
Telaga Pucung yaitu sumber mata air Pucung yang berada di Kampung Panginyongan, yang ditampilkan dalam nuansa Budaya Banyumasan. Di sini, suasana sangat hening dan asri, sesuai untuk melonggarkan pikiran sehingga sangat cocok untuk camping ground. Selain keindahan alamnya yang masih asli, di sekitar telaga pucung juga masih terdapat elang dan macan (harimau) Jawa. Dimana keberadaannya kini semakin berkurang.
Telaga ini akan menjadi salah satu andalan Kabupaten Banyumas untuk menyedot wisatawan. Kompleks Telaga Pucung menempati areal seluas tiga hektare (ha), dengan luas telaga sekitar satu ha. Objek wisata di Banyumas mungkin belum banyak yang kenal, sebab baru akan dibuka secara resmi menjadi tujuan wisata pada tahun 2005.
Telaga pucung ini pertama kali di temukan pada tahun 1997, ketika kami pertama kali melihatnya, telaga ini masih dipenuhi dengan semak-semak dan belum Tampak indah, akan tetapi setelah ditangani dengan serius telaga ini berubah menjadi sangat indah dengan dipenuhi sarana bermain bagi anak-anak. Kayaknya memang di seting husus buat tempat ngumpul keluarga. Telaga ni dibuka secara resmi pada tanggal 8 Agustus 2005.[3]
Kampung Panginyongan
Berbagai kegiatan menarik yang bisa dilakukan di Kampung Panginyongan:
melukis
membuat gula kelapa
menari tradisional
berlatih gamelan
Dari Kampung Panginyongan juga bisa melihat sumber mata air dan telaga Pucung, yang ditampilkan dalam nuansa budaya Banyumasan. Di sini, suasana sangat hening dan asri, sesuai untuk melonggarkan pikiran, setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan yang menyita tenaga dan pikiran.
Karang Panginyongan
Sebuah kawasan wisata yang terletak di area Curug Cipendok di Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen Kab. Banyumas.
Rearing Unit Manggala BBPTU Sapi Perah Baturraden
Peternakan sapi ini terletak di dekat kawasan Wana Wisata Curug Cipendok yang diresmikan pada tanggal 8 Desember 2012.
Germanggis Resort
Germanggis Resort adalah kawasan wisata yang terletak di Kawasan Curug Cipendok yang nantinya akan dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan multi fasilitas. Germanggis Resort saat ini terdapat lokasi untuk berkemah, beberapa tempat untuk swa foto dan nantinya akan ditambahkan lokasi hiburan serta penginapan dalam satu lokasi.
Sejarah
Nama Curug Cipendok bermula dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah Perang Diponegoro. Perang ini merupakan perang lima tahun (1825-1830) antara Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat seluruh wilayah kerajaan Surakarta termasuk wilayah Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang, Banyumas berada di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial. Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian Dulangmas.[4]
Salah satu wilayah Banyumas, yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang Wedana Priangan timur bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya dia memimpin pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, tetapi belum juga mendapatkan hasil. Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya tumbuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali. Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika.
Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, dia kemudian menyudahi bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya memancing, tiba-tiba dia merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar, sampai-sampai gagang pancingnya melengkung.
Namun alangkah terkejutnya, saat pancingnya ditarik bukannya ikan yang didapat, melainkan sebuah barang mirip cincin yang merupakan pendok atau cincin warangka keris yang bersinar kuning keemasan. Ketika didekatkan, tiba-tiba Raden Ranusentika bisa melihat banyak sekali makhluk halus yang berada di hutan yang telah ditebang habis. Mereka semua yang selama ini menggagalkan pekerjaan Raden Ranusentika.
Atas usulan Breden Santa, seorang kepala pekerja, air terjun di mana Raden Ranusentika menemukan pendok keris, dinamakan Curug Cipendok. Berasal dari gabungan bahasa yaitu Bahasa Sunda kata "ci" berarti air dan "pendok" berarti cincin dari bilah keris Bahasa Jawa.
Selain menemukan pendok, Raden Ranusentika juga ditemui seorang makhluk halus berujud peri, bernama Dewi Masinten Putri Sudhem yang bersedia membantu menyelesaikan pekerjaan pembukaan hutan tersebut. Akhirnya, pekerjaan pembukaan hutan berhasil diselesaikan dengan baik. Dewi Masinten Putri Sudhem kemudian diboyong ke Kadipaten Ajibarang, menjadi garwa padmi (selir) dari Raden Ranusentika.[5]