Mirza Riadiani Kesuma, (lahir 1 Mei 1968) lebih dikenal sebagai Chicha Koeswoyo adalah seorang pemeran, penyanyi dan politikus berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan anak tertua dari Nomo Koeswoyo, anggota grup musik Indonesia, Koes Bersaudara dengan istrinya Fatimah Francisca.
Masa kecil dan pendidikan
Chicha bersekolah di SD "Ora et Labora" Blok M Kebayoran Baru, Jakarta. Selepas SMP ia melanjutkan sekolah di SMA Yayasan Perguruan Islam Al-Azhar Kebayoran baru, Jakarta Selatan. Setelah tamat di SMU Al Azhar Kebayoran Baru tahun 1987 ia melanjutkan kuliah di Stanford College Australia, Mengambil jurusan Managerial Principples. Selama satu tahun setengah, ia bermukim di negeri kanguru. Setelah lulus D3 dari Stanford College di Australia, ia memutuskan bermukim di Singapura. Di sana ia melanjutkan sekolah di lembaga yang sama, Stanford College Singapore mengambil program manajemen. Setelah selesai studi di Australia dan Singapura, ia melanjutkan studi di John Robert Powers Jakarta, mengambil program Public Relation.
Karier
Penyanyi Cilik
Perjalanan karier bernyanyi Chicha dimulai tahun 1975. Bermula dari seringnya Chicha mengikuti ayahnya Nomo Koeswoyo pimpinan grup No Koes ke studio rekaman. Suatu hari sekitar bulan Agustus tahun 1975, ayahnya memperoleh pesanan membuat iklan tapal gigi Delident. Dicobanya merekam suara puteri sulungnya Chicha. Iklan yang sebetulnya pendek itu, tak terduga seperti petunjuk rahasia menuju ke sumber mata uang. "Ternyata suara Chicha itu kok nyengek tinggi melengking dan tampak komersiil", ujar Nomo pada TEMPO mencoba mengenang awal pengorbitan anaknya. Operator Studio Yukawi di mana rekaman kemudian dikerjakan setuju 100% dengan Nomo. Mereka mendesak. "Sudahlah, rekam saja suara Chicha!" Desakan ini menyebabkan Nomo membiarkan Chicha turut di studio Yukawi. Nomo membuatkan seluruh lagu untuk dinyanyikan Chica dalam sebuah album anak-anak, salah satunya berjudul Helli yang kemudian menjadi hits dan dikenal hingga saat ini. Inspirasi lagu tersebut diperoleh seekor anjing Peking peliharaannya yang bernama Helli, yang usianya setahun lebih tua dari Chicha. Anjing inilah yang memberi ilham lagu Helli yang laris itu.[1]
Waktu album pertama keluar, entah kebetulan atau lewat perhitungan anak-anak sekolah sedang liburan, sehingga mendapat tanggapan pasar yang sangat luar biasa. Kesuksesan album I lalu diikuti dengan rilis album II. Komposer lagu anak-anak terkenal A.T. Mahmud menganggap Chicha punya potensi baik. Album Chicha volume I dan II dianggapnya berhasil, karena memenuhi persyaratan lagu anak-anak. "Sebuah lagu akan digemari anak-anak, apabila setelah mendengar lagunya tubuh si anak akan ikut bergerak", kata Mahmud. Pengasuh acara Ayo MenyanyiTVRI, Bu Fat, ketika disodori album-album Chicha mengatakan: "Suara Chicha masih asli, dia tidak mencuri harga nada. Ia tidak banyak menggunakan variasi, lirik-liriknya sederhana, sehingga anak-anak gampang menerimanya".[2]
Album Chicha yang pertama itu berisi 11 buah lagu: Helli, Kelinciku, Berhitung, Sepasang Burung, Dang-dang tut, Loncengku, Si Gendut, Nasihat Ibu, Hompimpa, Ke Rumah Paman, Tarik Tambang. Adanya selang-seling yang jelas antara lagu yang iramanya cepat dengan yang iramanya lebih santai, menyebabkan lagu-lagu itu memperoleh posisi yang baik untuk sama-sama menonjol. Volume II Chicha berisi 10 buah lagu: Berbaris, Adikku Manis, Oma, Naik Kelas, Tukang Kue, Salam Bunga, Becak, Mawar Merah, Dunia Binatang, Di Kaki Bukit. Bu Fat juga berkomentar dengan mengatakan bahwa di samping bakat, keuntungan Chicha adalah lingkungan. Ia tumbuh di tengah keluarga Koeswoyo di Cipete yang semuanya mencari nafkah dari musik. Volume III Chicha dengan judul Senam Pagi berisi 10 buah lagu: Senam Pagi, Sha la-la, Kereta Api, Bangun Pagi, Pok Ame-Ame, Kling Klong, Guruku, Jangan Suka Melamun, Di Taman, Sepatu Roda. Album ini seperti meneruskan gaya "bertutur" yang mulai terasa pada volume II. Musiknya terasa tidak semantap album terdahulu. Mungkin karena ada kegoncangan dalam formasi No Koes yang selama ini mengiringi Chicha—dengan keluarnya Usman Bersaudara. Namun hal itu tak berpengaruh banyak pada penggemarnya, mereka tetap menunggu peluncuran album berikutnya. Belasan album kemudian berhasil diluncurkan oleh bintang cilik ini yang semakin memperkukuh popularitasnya dalam dunia tarik suara anak-anak tanah air masa itu.
Kesuksesan album-albumnya menjadikan Cicha terkenal sebagai penyanyi cilik dengan lagu bertema anak-anak. Pada masa itu ia menjadi artis cilik yang paling populer dan paling sering tampil di layar televisi nasional saat itu TVRI. Selain bersolo album, Chicha juga pernah berduet dengan Adi Bing Slamet dalam beberapa album dan terakhir dengan Chandra Darusman saat usianya meulai menginjak remaja. Selain itu sejumlah album Pop Natal, Qasidah, dan Operet telah dirilisnya untuk menyenangkan hati penggemarnya. Menginjak remaja kegiatan menyanyi Chicha semakin berkurang. Ia sempat mengeluarkan album remaja, namun tak mendapat respon seheboh sewaktu menjadi penyanyi cilik.
Aktris Film
Selain sukses menjadi penyanyi yang banyak merilis album, Chicha juga terkenal dalam dunia layar lebar. Film-film Chicha laris di pasaran. Salah satu filmnya yang terkenal adalah saat dia bermain bersama Adi Bing Slamet. Di antarafilm yang dibintanginya adalah Chicha (1976) di mana ia berperan sebagai Chicha. Film Gejolak Kawula Muda (1985) bersama Rico Tampatty. Di sini ia pun berperan sebagai Chicha. Dan film Idola Remaja (1985), ia juga berperan sebagai Chicha.[3]
Kehidupan pribadi dan sosial
Tahun 1985 Chicha memutuskan menjadi mualaf. Keputusannya masuk Islam sesungguhnya bukan hal yang aneh, karena ayahnya seorang Muslim yang menikah dengan ibunya yang beragama Nasrani. Ia pernah bersekolah di SMA Al Azhar. Pula menurut silsilah keluarga besar Koeswoyo, ia masih termasuk generasi ke delapan keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban, Jawa Timur. Keputusannya menjadi mualaf diikuti oleh saudara sepupunya, Sari Yok Koeswoyo pada tahun 1986. Sedangkan Hellen hingga saat ini tetap pada agamanya, dan tidak pernah berpindah ke agama manapun. Terakhir oleh ibunya Fatimah Francisca Koeswoyo menjadi mualaf pada tahun 2002, empat bulan sebelum wafat di Magelang, Jawa Tengah pada hari Rabu 18 Desember 2002.[4] Sementara adik bungsunya Reza Wicaksono Koeswoyo telah memeluk Islam mengikuti ayahnya sejak kecilnya.
Chicha menikah dengan seorang laki-laki berdarah Bugis, Andi Indra Kesuma dan mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Andi Rahmat Aqil Kesuma, Andi Kinaya Putri serta anak ketiga yang masih dalam kandungan.