Cendawan entomopatogen adalah organismeheterotrof yang hidup sebagai parasit pada serangga.[1] Cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman.[2] Cendawan entomopatogen termasuk dalam enam kelompok mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida, yaitu cendawan, bakteri, virus, nematoda, protozoa, dan ricketsia.[3]
Sejarah
Aristoteles ialah orang pertama yang melaporkan adanya serangga yang sekarat akibat suatu penyakit sejak sekitar 2000 tahun yang lalu.[4] Cendawan entomopatogen yang kini dikenal sebagai Cordyceps sinensis juga sejak sekitar 1000 tahun yang lalu telah digunakan sebagai obatherba oleh penduduk dataran tinggi Tibet dan sekitarnya, tetapi saat itu belum diketahui informasi mengenai cendawan entomopatogen.[4] Cendawan entomopatogen yang pertama dikenal dan dilaporkan ialah Beauveria bassiana.[4]Beauveria bassiana dikenal sebagai cendawan yang menyerang serangga setelah Agostino Bassi (1773–1856) seorang bakteriologisItalia mempelajari kasus kematian pada produksisutra yang menjadi produk penting di Italia dan Prancis pada abad 16 sampai 17 karena banyak ulat sutra mati oleh penyakit yang dikenal sebagai muskardin.[4]
Siklus hidup dan proses infeksi
Proses infeksi cendawan entomopatogen terhadap inangnya (serangga) dibagi menjadi faseparasit dan fase saprob.[5] Penyerangan pada serangga inang dilakukan melalui penetrasi langsung pada kutikula.[4] Pada awalnya spora cendawan melekat pada kutikula, selanjutnya spora berkecambah melakukan penetrasi terhadap kutikula dan masuk ke hemosoel.[4] Cendawan akan bereproduksi di dalamnya dan membentuk hifa.[4] Serangga akan mati, sedangkan cendawan akan melanjutkan siklus hidupnya dalam fase saprob.[4] Setelah tubuh serangga inang dipenuhi oleh massa miselium, tubuh tersebut akan mengeras dan berbentuk seperti mumi yang berwarna putih, hijau, atau merah muda.[4] Setelah itu spora akan diproduksi untuk menginfeksi inang lainnya.[4]
Manfaat
Cendawan entomopatogen sejauh ini telah dimanfaatkan sebagai agens pengendali hayati dan bahan obat herba.[4] Di Indonesia, agens hayati cendawan entomopatogen digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman perkebunan[6]
Cendawan entomopatogen dapat pula dimanfaatkan sebagai obat herba.[4] Beberapa anggota dari Hypocreales dikenal sebagai komponen utama beberapa obat-obatan, di antaranya ialah Cordyceps sinensis, Hypocrella, dan Torubiella.[4]
Contoh
Beberapa jenis cendawan entomopatogen yang sudah diketahui efektif mengendalikan hama penting tanaman adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Paecilomyces fumosoroseus, Aspergillus parasiticus, dan Lecanicillium lecanii (syn. Verticillium lecanii[7][8]).[2]
^(Inggris)Hawksworth DL, Sutton BC, Ainsworth GC. 1983. Dictionary of The Fungi. England: Commonwealth Mycological Institute
^ abPrayogo Y. 2006. Upaya mempertahankan keefektifan cendawan entomopatogen untuk mengendalikan hama tanaman pangan. J. Litbang Pertanian 25: 47-54
^Santoso, T. 1993. Dasar-dasar patologi serangga.Dalam E. Martono, E. Mahrub, N.S. Putra, dan Y. Trisetyawati (Ed.). Simposium Patologi Serangga I. Yogyakarta, 12−13 Oktober 1993. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm. 1−15.
^ abcdefghijklm(Inggris)Luangsa-ard et al. 2006. The Collection, Isolation, and Taxonomy of Invertebrate-Phatogenic Fungi [Workshop Manual] Pathum Thani: NSTD
^(Inggris)Malsam O, Kilian M, Hain R, Berg D. 1997. Biological Control. Di dalam: Anke T, editor. Fungal Biotechnology. Weinhem: Chapman dan Hall
^Sudarmaji D, Gunawan S. 1994. Patogenisitas fungi entomopatogen Beauveria bassiana terhadap Helopeltis antoni. Jember: Balai Penelitian Kopi dan Kakao, Menara Perkebunan 62
^Semua Verticillium entomopatogen dipindahkan ke dalam marga Lecanicillium (lihat: R. Zare & W. Gams Nova Hedwigia 71: 329-337, 2001)