Bohemond II dari AntiokhiaBohemond II (1108 – 1130[1]) merupakan Pangeran Taranto dan Pangeran Antiokhia dari tahun 1111. Ia adalah putra pendiri kerajaan, Bohemond I, dan Constance, putri Philippe I dari Prancis. Taranto direbut oleh Roger II dari Sisilia pada tahun 1128. Ketika ayahnya Bohemond I wafat, terjadi kekosongan di Antiokhia, Bohemond II yang masih kanak-kanak tinggal di Apulia. Sepupunya Tancred mengambil alih perwalian Antiokhia sampai ia wafat pada tahun 1112; kemudian wilayah tersebut diserahkan kepada Roger dari Salerno, dengan perjanjian bahwa ia akan menyerahkan wilayah itu kepada Bohemond apabila pemimpin berikutnya siap. Akan tetapi Roger tewas terbunuh di medan Pertempuran Ager Sanguinis pada tahun 1119, dan para bangsawan Antiokhia mengundang Raja Baldwin II dari Yerusalem untuk memimpin kerajaan tersebut. Pada tahun 1124, diusianya yang ke-18 tahun, ia mencapai usia dewasa. Ia menghabiskan 2 tahun berikutnya menghadiri urusan-urusan negara di Mezzogiorno. Akhirnya, pada bulan Oktober 1126, setelah ulang tahunnya yang ke-18, ia akhirnya meninggalkan Apulia untuk pergi ke Antiokhia. Menurut William dari Tyre, ia mencapai kesepakatan denga sepupunya William II, Adipati Apulia, yang mana apabila di antara mereka meninggal duluan, akan meninggalkan wilayahnya di Italia kepada yang lainnya. Hal ini ditentang dengan Alexander dari Telese, yang negaranya ditinggalkan Bohemond dibawah pemerintahan Paus, dan oleh Romuald dari Salerno, yang menyatakan baha perwalian Taranto jatuh ke tangan kerabat Bohemond, Alexander, Pangeran Conversano. Kepada siapa Kerajaan Taranto diserahkan atau dijanjikan, sebagai bagian dari perjanjian untuk datang ke Antiokhia, Bohemond juga menikahi putri Baldwin II Alice. Menurut Matthew dari Edessa Baldwin seharusnya juga memberikan mahkota Yerusalem, akan tetapi Matthew dapat membingungkan Alice dengan saudarinya Melisende dari Yerusalem, yang juga menikah dengan orang asing, Fulk V dari Anjou, disekitar waktu yang sama. Pada tahun 1127, Bohemond mengepung dan menangkap Kafartab, membunuh seluruh penduduk. Ia juga menyerang Shaizar, dan Usamah ibn-Munqidh konon bertemu pangeran itu sendiri di medan pertempuran (dan menakutinya, jika Usamah yang harus dipercaya). Tahun-tahun berikut pada masa pemerintahannya ditanda oleh berbagai konflik dengan Joscelin I dari Edessa dan pertempuran kecil di perbatasan utara. Baik Bohemond dan Joscelin menyerang Aleppo secara pribadi, tetapi menolak untuk bekerja sama di dalam pengepungan yang lebih besar melawan kota tersebut. Roger dari Salerno memberikan wilayah itu kepada Joscelin, tetapi Bohemond tidak menganggap donasi tersebut sah karena mereka diambil tanpa otoritasnya, meskipun pada saat itu ia masih dibawah umur. Pertikaian itu menjadi konflik terbuka di antara Antiokhia dan Edessa, dengan Joscelin bersekutu dengan para Muslim melawan Bohemond. Kepala Keluarga Latin Antiokhia menempatkan larangan atas Provinsi Edessa. Pada tahun 1128, sepupunya Roger II menyerang dan menguasai Taranto, menuntutnya sebagai pewaris William II dari Apulia. Tidak berada ditempat pada saat itu, Bohemond tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari hal tersebut. Tahun itu, Baldwin II berbaris ke utara untuk menjadi mediasi di dalam pertikaian tersebut, dan Joscelin mengabaikan tuntutan-tuntutannya. Sementara itu, atabeg Zengi mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Aleppo dan Mosul dan para pengikut perang salib tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan untuk memaksakan otoritas mereka atas Aleppo. Setelah pertikaian itu diselesaikan, Bohemond bergabung dengan Baldwin II untuk menyerang Damaskus namun para pengikut perang salib dikalahkan di dalam Pertempuran Marj es-Suffar. Bohemond kemudian berbalik ke utara untuk memulihkan Anazarbus dan wilayah lainnya yang jatuh ke tangan Kerajaan Armenia Cilicia. Leo I, Pangeran Armenia bersekutu dengan Danishmend Emir Gazi Gümüshtigin melawannya, dan pasukan Bohemond dijebak kedalam sebuah penyergapan pada bulan Februari 1130 di dekat Mamistra. Bohemond tewas di dalam pertempuran tersebut, kepalanya yang berambut pirang itu dibalsem lalu ditempatkan di dalam kotak perak, dan dikirimkan sebagai hadiah kepada caliph.[2] Dari pernikahannya dengan Alice, hanya seorang putri, Constance dari Antiokhia yang selamat. Alice mengambil alih perwalian Antiokhia untuk Constance yang berusia 2 tahun, sampai Baldwin II memaksanya untuk menyerahkannya kepada Joscelin. Baik Baldwin II dan Joscelin meninggal beberapa bulan kemudian. William dari Tyre menggambarkannya sebagai pria yang "agak tinggi dan dengan figur yang bagus. Ia memiliki rambut yang pirang dan dengan fitur yang baik. Seluruh penampilannya menunjukkan bahwa ia adalah seorang pangeran bagi yang tidak mengenalnya. Percakapannya menyenangkan dan dengan mudah dapat mengambil hati kepada siapa saja yang mendengarkannya. Ia bersifat murah hati dan, seperti ayahnya, benar-benar mentereng." Usamah ibn-Munqidh menyebutnya ibn-Maymun, "putra Bohemond." Referensi
|