Blunder merek adalah sebuah kesalahan yang dikaitkan dengan penamaan merek dari sebuah produk, khususnya sebuah produk di sebuah pasar baru. Alasannya karena kurangnya pemahaman bahasa, budaya dan sikap pelanggan di pasar baru tersebut.
Terdapat sejumlah contoh blunder merek dalam riwayat pemasaran. Terdapat juga sejumlah legenda urban terkait blunder merek, dimana hanya sedikit bukti dari blunder yang sebenarnya.
Masalah merek internasional
Masalah dengan branding produk internasional sering dikaitkan dengan proses lokalisasi bahasa, di mana nama merek produk atau slogan iklan membawa arti yang berbeda dalam bahasa target pasar.[3] Selain aspek kebahasaan, masalah kepekaan budaya dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah merek.[4]
Ini adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang memasuki pasar baru. Dalam pemasaran internasional, nama merek harus khas dan mudah diucapkan di berbagai pasar, tetapi tidak boleh memiliki konotasi negatif atau cabul yang tidak diinginkan. Risiko ini biasanya dikurangi dengan memasukkan penelitian budaya ke dalam strategi branding.[5]
Kasus nyata
Bahasa Inggris
Contoh nama merek yang terbukti tidak cocok untuk digunakan di negara-negara berbahasa Inggris termasuk:[5]
Sejumlah merek bir dari Belgia, seperti Silly, Prik, Slag, La Plope, Pee Klak dan Witte Dikke[6]
Bahasa Indonesia
Pada 2011, Dell Lattitude ST (bernama kode Peju) bocor di Internet dan menimbulkan berbagai reaksi dari para warganet Indonesia, karena "Peju" memiliki arti air mani dalam slang Indonesia.[7][8][9][10]
Pada 2019, aplikasi kecerdasan bisnis Kontool memutuskan untuk memberikan nama baru kepada mereknya karena kata "Kontool" memiliki kesamaan dengan kata "kontol" yang artinya "penis" dalam slang Indonesia.[11]
Memex, memiliki kemiripan pengucapan dalam bahasa Indonesia dengan kata "memek".[12][13]
Sangean, perusahaan elektronik Taiwan yang memiliki arti "manusia yang mudah berahi" dalam bahasa prokem Indonesia.[14]
Kasian, perusahaan arsitektur dan desain interior.[14]
Phanteks, merek sasis komputer dari Belanda yang pengucapannya seperti kata "Pantek" jika diucapkan dalam bahasa Indonesia, dimana pantek merupakan makian dalam bahasa Melayu Sumatra dan bahasa Madura yang artinya "jahannam", "bedebah" atau "keparat".[19]
Pada 2020, Bank Artos mengubah namanya menjadi Bank Jago, akan tetapi, hal ini menjadi viral dikarenakan pengucapan "Bank Jago" sangat mirip dengan bang jago (teknik retorikaad hominem untuk mengakhiri argumen secara pasif-agresif).[21][22]
Telaso, merek dari berbagai macam produk yang terdengar seperti sebuah makian di kawasan Sulawesi Selatan dan Barat.[23][24][25]
TAEK, badan energi atom turki (Türkiye Atom Enerjisi Kurumu)
Nissan, salah satu merek mobil yang namanya terdengar seperti nisan.
Hyundai Kona, SUV kompak dari Hyundai yang mempunyai arti "Hyundai sedang sekarat" dalam bahasa Polandia, dan "Kona" sendiri terdengar seperti "konak" ("ereksi") dalam bahasa slang Indonesia atau "cona" ("daerah kewanitaan") dalam bahasa Portugis.[26][27][28]
Esia sempat merilis layanan bernama "Esia Bispak" dimana pengguna Esia bisa mencoba tarif operatorGSM sehingga pengguna dapat mendapatkan perbandingan dengan tarif Esia, namun nama layanan ini menuai kecaman karena selain memperburuk perang tarif antar operator seluler (dikarenakan kesimpulan akhir dari layanan tersebut adalah tarif GSM lebih mahal dari Esia), penamaan Esia Bispak memiliki konotasi misoginis pada nama layanan tersebut, dimana 'bispak' artinya pekerja seks komersial wanita