BlueTEC adalah sebuah merek milik Daimler AG yang digunakan untuk menandai mesin diesel buatannya yang dilengkapi dengan teknologi pengurangan NOx canggih untuk kendali emisi kendaraan. Teknologi yang ada pada kendaraan BlueTec antara lain sistem reduksi katalitik selektif yang menggunakan cairan gas buang diesel, dan sistem penjebak NOx yang disebut sebagai DeNOx, yang menggunakan sebuah konverter katalitik oksidasi dan filter partikulat diesel, serta dikombinasikan dengan sistem pengurangan NOx lain.
BlueTEC masuk dalam daftar Ward's 10 Best Engines pada tahun 2007 dan 2008.[1][2]
Pada bulan Februari 2016, Mercedes-Benz, Daimler AG, Bosch LLC, dan Bosch GmbH digugat atas tuduhan bahwa BlueTec melanggar standar sebagaimana pada kasus uji emisi Volkswagen.[3] Pada tanggal 6 Desember 2016, Hakim Jose L. Linares menghentikan tuntutan ini, karena tidak memiliki kedudukan hukum yang kuat.[4]
Kasus ini lalu diajukan ulang setelah penggugat mengubah tuntutannya, dan litigasi pun sedang berjalan.
Penggunaan
Daimler memperkenalkan BlueTEC pada Mercedes-Benz Kelas-E (menggunakan sistem DeNOx) dan Mercedes-Benz Kelas-GL (menggunakan reduksi katalitik selektif) pada ajang North American International Auto Show tahun 2006. Pada saat itu, Mercedes-Benz Kelas-GL telah dapat dijual di semua negara bagian di Amerika Serikat, sementara Mercedes-Benz Kelas-E baru dapat dijual di 45 negara bagian, karena ada lima negara bagian yang menerapkan standar emisi lebih ketat.
Daimler AG lalu menjalin kesepakatan dengan Volkswagen dan Audi untuk berbagi teknologi BlueTEC guna meningkatkan pangsa pasar mobil diesel di Amerika Serikat.[5][6] VW pun memperkenalkan Jetta Clean TDI, konsep Tiguan, dan Touareg BlueTDI sebagai bagian dari program lisensi BlueTec. Jetta dan Tiguan menggunakan penjebak NOx, sementara Touareg menggunakan konverter katalitik Reduksi Katalitik Selektif.[butuh rujukan]
Pada bulan Agustus 2007, VW Group mengumumkan bahwa kerja sama BlueTEC dengan Daimler AG akan diakhiri. Alasannya adalah bahwa merek VW TDI makin terkenal, namun VW tidak ingin menggunakan merek milik kompetitor untuk produk yang akan mereka luncurkan di masa depan.[7][8] VW lalu mengembangkan sistemnya sendiri, namun gagal, sehingga akhirnya VW memprogram ulang kendali mesinnya untuk menampilkan nilai yang salah pada saat proses uji polusi.[9][10][11]
Pada tahun 2010, versi BlueTEC dari Mercedes Sprinter resmi diluncurkan. Sistem BlueTEC memungkinkan eliminasi sebagian besar resirkulasi gas buang di mesin, sehingga dapat menghasilkan tenaga sebesar 188 tenaga kuda (140 kilowatt), lebih besar jika dibandingkan mesin non-BlueTec yang hanya dapat menghasilkan tenaga sebesar 154 tenaga kuda (115 kilowatt).[12]
Daimler Trucks menggunakan BlueTEC pada semua Freightliner Trucks dan Western Star Trucks yang ditujukan untuk penggunaan di jalan raya, karena varian tersebut hanya tersedia dengan mesin diesel.[13]
Alasan
Sistem BlueTEC diciptakan karena properti dari siklus diesel memungkinkan mesin diesel memiliki efisiensi bahan bakar lebih tinggi, namun menghasilkan emisi yang lebih tinggi juga daripada motor bakar empat langkah. Rasio kompresi tinggi dan campuran udara-bahan bakar tinggi membuat suhu pembakaran juga tinggi, sehingga menghasilkan lebih banyak nitrogen oksida. Walaupun partikulat ini dapat dikendalikan dengan tekanan injeksi yang lebih tinggi dan filter partikulat, tantangannya adalah mengurangi NOx. Regulasi tingkat 2 di Amerika Serikat adalah 0,07 gram NOx per mil, yang berarti hanya seperdelapan dari batasan 0,40 yang diterapkan Uni Eropa.[14][butuh rujukan]
Proses
Sistem emisi ini bekerja dalam beberapa langkah, yakni:
- Sebuah katalis oksidasi diesel mengurangi jumlah karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) yang dihasilkan oleh mesin.
- Sebuah konverter katalitik DeNOx lalu mulai memisahkan oksida dari nitrogen.
- Sebuah filter partikulat diesel lalu menjebak dan menyimpan partikel jelaga, dan membakarnya saat filter telah penuh.
- Jika langkah di atas belum dapat memenuhi peraturan emisi, sebuah konverter katalitik Reduksi Katalitik Selektif akan digunakan untuk mengubah nitrogen oksida yang tersisa menjadi nitrogen dan air. Cairan gas buang diesel (larutan urea dan air) disemprotkan ke dalam saluran pembuangan untuk memungkinkan perubahan ini. Untuk mencegah suatu kendaraan melanggar peraturan emisi, mesin ini juga dapat diatur ke mode lemas jika cairan gas buang dieselnya habis. Pengemudi pun diminta menjaga tangki tersebut terisi sepanjang waktu. Sejumlah kendaraan niaga juga dilengkapi dengan sebuah saklar yang memungkinkan injeksi cairan gas buang diesel "ditunda", karena dapat mengurangi keluaran tenaga dan meningkatkan suhu mesin sementara.
Tuduhan alat perekayasa emisi
Inspektur mobil resmi Belanda, TNO, atas nama Kementerian Lingkungan Belanda, mengadakan uji jalan terhadap sebuah Mercedes C220 CDi BlueTec dan menyatakan bahwa mobil tersebut mengeluarkan 40 kali lebih banyak NOx daripada saat diuji di laboratorium.[15] Pengujian tersebut diadakan pada suhu di bawah 10° Celsius (50 °F). Mercedes lalu menyatakan bahwa mesin BlueTec boleh mengeluarkan 40 kali lebih banyak NOx saat suhunya lebih rendah dari 10 °C (50 °F).[16]
Pada tanggal 22 April 2016, Daimler mengungkapkan bahwa Mercedes-Benz USA (MBUSA) sedang diinvestigasi oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengenai potensi perbedaan atas sertifikasi emisi dieselnya. Daimler juga menyatakan bahwa Departemen Kehakiman meminta MBUSA untuk melakukan investigasi internal "guna mengulas proses sertifikasi dan pendaftaran yang terkait dengan emisi gas buang di Amerika Serikat". Daimler pun menyatakan "setuju untuk bekerja sama dengan Departemen Kehakiman."[17]
Pada bulan Februari 2018, koran asal Jerman, Bild am Sonntag memberitakan bahwa otoritas Amerika Serikat yang menginvestigasi Mercedes telah menemukan bahwa kendaraan buatan Mercedes telah dilengkapi dengan perangkat lunak ilegal untuk membantunya lolos dari uji emisi yang lebih ketat di Amerika Serikat. Perangkat ini meliputi sebuah mode "Bit 15" yang berfungsi menonaktifkan emisi setelah dikendarai sejauh 16 mil (jarak uji emisi resmi di Amerika Serikat), dan "Slipguard" yang berupaya menentukan apakah mobil tersebut sedang diuji, berdasarkan profil kecepatan dan percepatannya. Bild am Sonntag menyatakan bahwa mereka menemukan surel dari insinyur Daimler yang mempertanyakan apakah fitur ini legal.[18][19][20]
Referensi
Pranala luar
|
---|
Divisi dan anak usaha | | |
---|
Pemilik | |
---|
Saham dan patungan | |
---|
Pendahulu | |
---|
Teknologi | |
---|
Orang | |
---|
Lainnya | |
---|