Biostimulan adalah suatu zat selain nutrisi dan pestisida yang apabila diaplikasi pada tanaman, benih, atau tempat tumbuh dalam ukuran tertentu dapat memiliki kapasitas untuk memodifikasi proses fisiologis pada tanaman dengan cara memberikan potensi manfaat untuk pertumbuhan, perkembangan, atau respon terhadap cekaman. Zat tersebut dapat berasal dari mikroorganisme (bakteri, fungi, mikroalga, bahan fermentasi, dan bahan organik) atau nonmikroborganisme (seperti produk nabati, ekstrak rumput laut, asam amino, dan peptida), asalkan tidak terdapat pestisida, biaya pengumpulan dan penyimpanan yang rendah, serta ketersediaan bahan yang cukup.[1]
Biostimulan berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman, meningkatkan efektivitas penggunaan nutrisi pada tanaman, dan meningkatkan kualitas tanaman. Hal ini dikarenakan biostimulan memiliki beberapa komponen yang berperan dalam peningkatan aktivitas respirasi, fotosintesis, sintesis asam nukleat, penyerapan ion-ion, dan metabolisme tanaman, di antaranya polisakarida, komponen fenolik, fitohormon (auksin, sitokinin, asam absisat, etilen, dan giberelin), vitamin, dan protein.[2]
Referensi
- ^ Laila, Milawati (2022). Biostimulan untuk Tanah dan Tanaman. Pasuruan: Qiara Media.
- ^ Budiman, Arief; Suyono, Eko Agus; Dewayanto, Nugroho; Dewati, Putri Restu; Pradana, Yano Surya; Widawati, Teta Fathya (2023). Biorefinery Mikroalga. Sleman, D.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 9786233591201.