Bias arus utamaBias arus utama adalah kecenderungan media massa besar untuk mengutamakan sudut pandang konvensional, dan sering kali mengesampingkan perspektif alternatif atau gagasan lain yang muncul. Media massa arus utama seringkali meliput berita dengan pembingkaian isu, pemilihan cerita dan sumber yang selektif.[1][2] Bias ini merupakan salah satu jenis bias media. Munculnya media digital dan sosial telah mendorong kemunculan beragam sudut pandang alternatif sehingga dapat mengurangi bias arus utama. Di sisi lain, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai penyebaran misinformasi, disinformasi dan terbentuknya ruang gema (echo chamber).[3] Jenis-jenisTerdapat tiga jenis bias arus utama:
DampakBias arus utama telah menjadi topik yang kontroversial karena kemampuan media massa dalam membentuk masyarakat yang demokratis sebagai pilar keempat demokrasi. Groseclose dan Milyo mendorong pengukuran bias media dengan mengukur seberapa banyak media massa mengutip think tank. Bias arus utama dapat menentukan ketersediaan dan akses informasi yang diterima publik dan memengaruhi opini publik serta pengambilan keputusan.[4] Bias arus utama juga dikaitkan dengan perbedaan pandangan di masyarakat yang kian partisan, meki mereka menginginkan media non-partisan. Para ahli berbeda pendapat mengenai kemunculan dan keberadaan bias arus utama. Secara umum, ada dua pendapat besar, yakni kemunculan dari faktor permintaan (demand) atau penawaran (supply) Menurut Groseclose dan Milyo (2005) dan Yano, Resnik, dan Smith (2015), bias ini muncul karena kepercayaan pembaca atau penonton. Di sisi lain, Mullainathan dan Shleifer (2005) dan Gentzkow (2010) berpendapat bahwa bias ini muncul dari sisi media itu sendiri yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yakni menghasilkan keuntungan.[4] Menurut Jonathan Kaufman, permasalahan pada liputan media massa disebabkan oleh kompetisi untuk mendapatkan perhatian pembaca. Hal ini membuat media massa perlu memutuskan apa yang diliput dan bagaimana meliputnya agar sejalan dengan keinginan pembaca. Hal ini menjelaskan bagaimana figur populer, meski kontroversial, seperti Donald Trump mendapat liputan yang lebih banyak di media massa dibanding figur lain yang kurang populer.[5] KritikBias arus utama memiliki pendukung dan pengkritiknya. Pengkritiknya berpendapat bahwa adanya bias ini menghambat kemunculan beragam wacana di masyarakat, sehingga hanya sebagian kecil wacana yang muncul ke publik, yang dikenal sebagai "Jendela Overton". Di sisi lain, pendukung bias ini menyatakan bahwa bias arus utama dapat mempromosikan reliabilitas dan menghambat penyebaran misinformasi dan disinformasi karena media massa terikat kode etik jurnalistik.[3] Referensi
|