Bambu siam[5] atau bambu bangkok[6] (Thyrsostachys siamensis), adalah sejenis bambu hias yang kerap ditanam sebagai pagar halaman atau tepi jalan. Bambu yang berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara ini sering pula secara salah kaprah disebut bambu jepang. Dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai Thai bamboo, Monastery bamboo, Umbrella bamboo, Thai umbrella bamboo, dan Umbrella-handle bamboo.
Pengenalan
Bambu yang merumpun, tegak dan padat rapat; rebungnya hijau pucat atau keunguan. Buluhnya lurus atau dengan ujung melengkung, mencapai tinggi 8-14 m; percabangan muncul tinggi di atas tanah, dengan banyak cabang dalam satu buku di mana salah satunya lebih besar daripada cabang yang lain. Panjang ruas 15-30 cm dan garis tengahnya 2-7,5 cm; dinding buluhnya amat tebal, bahkan pejal di bagian bawah; halus; hijau keabu-abuan, biasanya sebagian terselubungi oleh pelepah buluh yang tidak rontok; buku-bukunya tidak menonjol, dengan cincin keputihan tepat di bawah buku.[5][6]
Pelepah buluh tidak lekas rontok; panjang lk. 20–25 cm, lebar di pangkalnya lk. 8–10 cm, yang menyempit menjadi lk. 2,5 cm di bagian pangkal daun pelepah; hijau pucat atau keunguan dengan bulu-bulu miang berwarna putih tersebar di sisi luar, akhirnya cokelat kekuningan jerami dan menipis ketika mengering. Kuping pelepah buluh tidak tampak atau sangat kecil, lokos. Daun pelepah buluh bentuk lanset sempit, 6–15 cm × 5–12 mm, tegak, berambut halus pada sisi adaksial; ligula (lidah-lidah) sangat pendek.[5][6]
Daun pada ranting sempit bentuk garis, 7–14 cm × 5–8 mm, hijau pucat keputih-putihan, umumnya lokos; pelepah daun bergaris-garis, berambut putih pada marginnya; kuping pelepah kecil atau tak ada; ligula sangat pendek, rata, berambut halus.[5]
Agihan dan ekologi
Bambu siam menyebar secara alami di wilayah Asiatropis dan ugahari: Burma, Thailand, dan Tiongkok selatan (Yunnan).[5][7][8] Karena kegunaannya, bambu ini kemudian dibawa dan ditanam di berbagai negara di wilayah tropis, terutama sebagai bambu hias dan penghalang angin.[5]
Di tempat asalnya, habitat bambu ini adalah hutan-hutan semi-selalu-hijau atau yang lebih kering, di atas tanah-tanah miskin hara. Di Thailand, ia ditemukan di hutan-hutan luruh-daun campuran dan hutan-hutan jati, pada ketinggian 300–400 m dpl. dan curah hujan antara 800-1.000 mm per tahun. Bambu siam dapat tumbuh pada pelbagai jenis tanah asalkan tidak tergenang air.[5]
Manfaat
Di tempat asalnya, bambu siam merupakan jenis bambu yang paling banyak kegunaannya. Buluhnya dimanfaatkan sebagai ramuan rumah dan keperluan rumah tangga umumnya. Di Thailand, buluhnya dipakai untuk membuat keranjang, kerajinan tangan, sumpit, gagang payung dan kemoceng, joran pancing, bahan pulp, dan juga kayu bakar.[5]
Rebungnya dipujikan sebagai salah satu yang terenak rasanya. Karena tampilannya yang indah, bambu siam populer sebagai penghias taman dan tepi jalan. Ia juga acap ditanam rapat-rapat dalam barisan sebagai pagar dan penangkis angin.[5]
Catatan taksonomis
Meskipun lebih muda, nama Thyrsostachys siamensisGamble dipertahankan dan diutamakan daripada Bambusa regiaThomson ex Munro (1868), mengingat kepentingan ekonomi serta penggunaannya yang telah meluas.[7][9]
Referensi
^Gamble, J.S. 1896. "The Bambuseae of British India". Annals of the Royal Botanic Garden, Calcutta.vol. 7: 59,Pl. 51. Calcutta :Bengal Secretariat Book Depot [1888-...]
^ abMunro, Colonel. 1868. "A monograph of the Bambusaceae, including descriptions of all of the species." Transactions of the Linnean Society of Londonvol. 26: 116. London :[The Society], 1791-1875.