Yongtongqiao atau yang populer disebut Baliqiao (harfiah: 'Jembatan Delapan Li'; diromanisasi menjadi Palikao), adalah jembatan bersejarah yang terletak di persimpangan Tongzhou dan distrik Chaoyang di timur Beijing, Tiongkok. Melewati Sungai Tonghui (通惠河).
Pada 2013, Baliqiao menjadi Situs Sejarah dan Budaya Utama Tingkat Nasional Tiongkok yang Dilindungi.[1]
Riwayat
Asal-usul jembatan ini sulit diketahui, dilihat dari strukturnya seperti jembatan pada masa Dinasti Ming, tetapi beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa sudah ada jembatan di lokasi ini sejak sekitar abad keempat Masehi.
Lokasi jembatan ini tepat berjarak delapan li (1 li sekitar 500 meter) dari Distrik Tongzhou di Beijing, oleh karena itu dinamakan "Baliqiao" atau "Jembatan Delapan Li". Dulunya juga pernah digunakan sebagai penanda batas luar dari Kota Kekaisaran, Beijing, wilayah di luar jembatan ini masuk ke dalam provinsi Zhili.
Kompleks istana kecil dan sebuah kuil pernah berdiri di dekat Baliqiao. Ketika kaisar melakukan perjalanan keluar dari Kota Kekaisaran, ia turun dari jiao di kompleks istana kecil tersebut dan beristirahat semalam kemudian mengganti pakaian dan jubah kekaisarannya yang rumit dengan pakaian yang lebih sesuai untuk bepergian. Ketika dia kembali dari perjalanannya, dia tinggal semalam lagi di kompleks tersebut dan kembali mengenakan jubah kekaisarannya sebelum memasuki Kota Kekaisaran.
Selama Perang Candu Kedua, pada pagi hari 21 September 1860, pasukan gabungan Anglo-Prancis yang baru saja berhasil menduduki Tianjin, terlibat pertempuran dengan pasukan Tiongkok yang berjumlah sekitar 30.000 prajurit di Baliqiao. Pertempuran sengit terjadi dan akhirnya pasukan Tiongkok menderita kerugian besar, sehingga Beijing diserang sesudahnya. Sejarawan memperkirakan kerugian di pihak Tiongkok sekitar 1.200 prajurit yang tewas, sebaliknya Prancis dan Inggris hanya kehilangan lima prajurit. Pasukan Prancis dipimpin oleh Charles Guillaume Cousin-Montauban yang kemudian dianugerahi gelar Pangeran Palikao oleh Napoléon III.
Di Baliqiao ini pula menjadi tempat komisioner kekaisaran menyetujui semua tuntutan yang diajukan oleh pihak Inggris dan Prancis, termasuk pembayaran ganti rugi dan penerimaan diplomat asing di Beijing.