As-Samaw’al bin ‘Ādiyā’ (bahasa Arab: السموأل بن عادياء بن رفاعة بن الحارث بن كعب / bahasa Ibrani: שמואל בן עדיה) adalah seorang penyair Yahudi pada masa Jahiliyyah. Ia memiliki benteng di wilayah utara jazirah Arab. Namanya selalu diabadikan dalam kisah-kisah Islam dari masa ke masa karena komitmennya dalam menjaga janji dan kesetiaanya.
Kisah kesetiaan As-Samaw’al bin Adiya dimulai saat Imru al-Qais ingin ke istana raja Romawi dalam rangka meminta bantuan. Sebelum berangkat, Imru al-Qais menitipkan beberapa baju besi, sebuah senjata dan barang-barang yang berjumlah banyak. Kepergian Imru al-Qais begitu lama dan tidak meninggalkan kabar apapun. Sehingga muncul kabar bahwa Imru al-Qais telah meninggal. Mendengar kematian Imru al-Qais, raja Al-Kindah yang merupakan salah satu kerajaan besar di jazirah arab pada masa jahiliyyah, meminta Al-Samaw’al untuk menyerahkan baju besi dan senjata yang dititipkan oleh Imru al-Qais kepadanya. Namun ditolak oleh Al-Samaw’al.
Keteguhan Al-Samaw’ali untuk menjaga janjinya membuat raja geram, lalu ia bersama pasukannya pergi untuk menangkap dan membunuh Al-Samaw’al. Kabar kedatangan raja dan pasukannya didengar oleh Al-Samaw’al sehingga ia melarikan diri ke bentengnya. Namun, keberadaannya tetap diketahui oleh raja. Mereka pun mengejar Samaw’al dan mengepung bentengnya. Sang raja kemudian menawan anak Samaw’al yang berada di luar benteng.
Raja pun menyembelih anak Samaw’al dan disaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Setelah itu, raja pulang dalam keadaan gagal mendapatkan harta warisan Imru al-Qais. Samaw’al menganggap dirinya sebagai penyebab kematian anaknya. Namun, ia tetap bersabar dan berkomitmen untuk menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Saat ahli waris Imru al-Qais datang, Samaw’al menyerahkan semua barang-barang tersebut.[1]
Referensi