Anna Wang (Beata)
Pemberontakan "Serikat Petinju"Serikat I Ho Chuan ("Persatuan demi Keadilan dan Harmoni") atau lebih dikenal dengan nama Petinju (the Boxer)[1] adalah sebuah organisasi rahasia yang membenci orang barat yang datang ke daratan China, terutama akibat terjadinya perubahan politik dan sosial setelah Perang Candu berakhir yang sangat merugikan warga pribumi. Kebencian tersebut tidak hanya diarahkan kepada etnis barat, melainkan juga kepada agama barat yang dibawa oleh para misionarisnya. Meskipun organisasi ini dibentuk sekitar akhir abad ke-19, pemberontakan mereka terjadi secara meluas pada awal abad ke-20. Pada tanggal 1 Juli 1900, mereka mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa hubungan baik dengan para misionaris Eropa dan penganut Kristen telah berakhir: mereka harus dipulangkan ke negaranya dan umat Kristen berkebangsaan China harus dipaksa untuk mengingkari imannya -atau akan dibunuh karena dianggap tidak patriot (tidak cinta tanah air).[1] Dekret tersebut menjadi penyebab terjadinya pembunuhan besar-besaran para pastor dan umat Kristen pada bulan Juli 1990 di China. Pemberontakan tersebut akhirnya berhasil digagalkan dan pemerintah China memutuskan untuk melakukan modernisasi. Masyarakat China akhirnya semakin membuka mata terhadap tindakan sosial yang dilakukan bangsa barat melalui dibangunnya rumah sakit dan sekolah-sekolah Katolik.[2] Daftar PembunuhanPembunuhan di ShanxiPembunuhan 2 orang uskup, 2 pastur, dan seorang bruder dari Ordo Fransiskan pada tanggal 9 Juli 1990. Pembunuhan di Hunan SelatanPembunuhan seorang uskup, 2 orang pastor, dan 7 orang biarawati dari Ordo Fransiskan sekitar tanggal 4 dan 7 Juli 1900, semuanya berkebangsaan barat. Juga pembunuhan terhadap 11 seminari dan pengurus serta 3 umat awam, semuanya berkebangsaan China. Ketiga pria umat awam tersebut berprofesi sebagai petani, pembantu, dan koki. Pembunuhan di Tcheli Tenggara (sekarang Hebei)Pembunuhan di Tcheli diperkirakan hingga ribuan jiwa. Diantaranya adalah 4 pastor dari Ordo Yesuit dan 52 orang umat awam berkebangsaan China, termasuk diantaranya adalah Anna Wang. Peristiwa Pembunuhan pada Gereja di ZhujiaheSebanyak 52 orang umat awam Nasrani berkebangsaan China berlindung pada gereja lokal di Desa Zhujiahe. Mereka berdoa bersama dengan dipimpin oleh dua pastur bernama Leo Mangin, S.J. (santo) dan Paul Denn, S.J. (santo). Pada saat para pemberontak sampai di gereja, mereka digiring satu demi satu masuk ke dalam sebuah ruangan dimana mereka dipaksa untuk mengingkari iman, atau kalau tidak mereka akan dibunuh (dengan cara dipenggal[1]). Sebanyak 52 orang umat awam tetap mempertahankan iman mereka dan dibunuh dengan cara dipenggal. Anna Wang merupakan salah satu di antara para martir tersebut. Meskipun ia dibujuk oleh salah seorang pemberontak yang merasa kasihan karena melihat dirinya yang cantik serta masih belia, tetapi Anna Wang tidak bergeming. Jenasah mereka dilemparkan pada sebuah parit kering dan dibiarkan dengan tujuan membusuk di sana. Masyarakat setempat tidak ada yang berani melawan perintah para Petinju. Seminggu kemudian, setelah pasukan pemerintah China berhasil menguasai keadaan, penduduk mendatangi parit dimana jenasah para korban dibiarkan untuk memakamkan mereka secara pantas. Dikatakan bahwa jenasah-jenasah tersebut sama sekali tidak membusuk dan masih sama seperti saat pertama kali mereka ditinggalkan di sana.[3] Lihat pulaReferensi
|