Andrés David Arauz Galarza (lahir 6 Februari 1985) adalah seorang ekonom dan politikus asal Ekuador. Ia merupakan salah seorang calon presiden pada Pemilihan umum Ekuador 2021.
Latar belakang
Arauz memulai kariernya sebagai pegawai di Bank Sentral Ekuador pada tahun 2009. Ia menjabat sebagai direktur umum perbankan di Bank Sentral dari 2011 hingga 2013. Ia kemudian ditunjuk sebagai wakil menteri perencanaan dan direktur umum pengadaan nasional.[1] Pada Maret 2015 ia ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Pengetahuan dan Bakat Manusia oleh Presiden Rafael Correa, menggantikan Guillaume Long.[2] Dari jabatan ini ia memimpin koordinasi dan pengawasan pelaksanaan kebijakan, program, dan proyek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi. Keberhasilan dari proyek-proyek ini antara lain adalah peningkatan kemandirian teknologi di negara tersebut, penggunaan perangkat lunak bebas, dan pengembangan ilmu pengetahuan bebas.[3]
Ia juga sempat memimpin Kementerian Kebudayaan untuk waktu yang singkat berhubung karena pengunduran diri Raúl Vallejo.[1]
Pada tahun 2017, ketika Lenín Moreno naik menjadi presiden, Arauz beralih ke karier akademik, ia ikut mendirikan Observatorium Dolariasi yang didedikasikan untuk menyebarluaskan esai dan investigasi dengan subjek tentang dolarisasi berbagai ekonomi nasional dan pengaruhnya. Ia juga memulai studi doktoral tentang ekonomi keuangan di Universitas Otonom Nasional Meksiko. Ia adalah anggota Dewan Eksekutif Internasional Progresif.[1]
Karier politik
Pencalonan presiden 2021
Orang-orang dekat mantan presiden Rafael Correa dilarang untuk mendaftarkan partai politik baru setelah Lenín Moreno menjadi presiden pada tahun 2017.[4] Oleh karenanya, koalisi politik yang dinamakan Gerakan untuk Harapan [es] (Unión por la Esperanza, UNES), didirikan, yang meliputi organisasi politik seperi Gerakan Revolusi Warga dan Gerakan Demokratik Tengah [es].[5]
Pada 18 Agustus 2020, UNES mengumumkan Andrés Arauz sebagai calon presiden-nya dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada 7 Februari 2021. Pendamping Arauz sebagai cawapres semestinya ialah Rafael Correa, yang telah menjabat sebagai presiden dari 2007 hingga 2017.[6] Namun, penerimaannya atas posisi tersebut ditolak oleh Dewan Pemilihan Nasional, yang berpendapat bahwa itu hanyalah prosedur belaka dan tidak bermotivasi politik, sebagaimana Correa, yang tinggal di Belgia, menolak untuk pulang ke Ekuador dan menjalani hukuman penjara 8 tahun karena korupsi. Mahkamah juga melarang Correa untuk memegang jabatan politik selama 25 tahun.[7]
Arauz memenangkan putaran pertama pemilihan presiden dengan meraih 32,72% suara. Ia menghadapi bankir Guillermo Lasso dalam putaran kedua pada 11 April.[8] Menjelang putaran kedua, Arauz sedikit mengungguli Lasso dalam jajak pendapat, memimpin dengan selisih 1% dari 50% dibandingkan dengan Lasso yang 49%.[9] Namun pada akhirnya, Arauz dikalahkan oleh Lasso, dengan meraih 47,64% suara, sedangkan Lasso meraih 52,36% suara.
Referensi