Andi Pattiware’ Pati Arase Daeng Parabung @ Sultan Muhammad Petta Matinro-E ri Pattimang (biasa juga disebut La Pattiware’) adalah pajung atau datu Luwu yang pertama kali masuk Islam di Kedatuan Luwu. Andi Pattiware’ merupakan datu ke XV di Kedatuan Luwu yang memerintah pada 1587-1615 M.[1]
Kehidupan
Andi Pattiware’ adalah putra dari We Tenri Rawe. Ia menikah dengan Karaeng-E ri Balla Bugisi, putri dari Kerajaan Gowa. Dari hasil pernikahannya dengan Balla Bugisi, Andi Pattiware’ memiliki 3 orang anak, yaitu Patiaraja, Pati Pasaung, dan We Tenri Somba Baine. Andi Pattiware’ wafat di Pattimang pada 1615 M dan diberi gelar Petta Matinro-E ri Pattimang. Posisi Datu Luwu kemudian diisi oleh Pati Pasaung, putra keduanya.[1]
Masuk Islam
Andi Pattiware’ merupakan Datu Luwu pertama sekaligus pemimpin kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang memeluk agama Islam. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Luwu sebelum Islam ialah animisme, di mana mereka percaya bahwa ada Dewata SeuwaE yang mengatur semesta.
Islam dibawa ke Kedatuan Luwu oleh Datuk Sulaeman. Sebelum Datuk Sulaeman berdakwah di istana, ia terlebih dahulu singgah di wilayah Bua (sekitar 15 km selatan kota Palopo) dan melakukan dialog keislaman bersama Maddika Bua (salah seorang anggota inti dewan adat kedatuan) di sana. Datuk Sulaeman berhasil mengislamkan Maddika Bua dan masyarakat di Bua. Setelah itu, barulah Datuk Sulaeman dan Maddika Bua menuju istana kedatuan di Pattimang, Malangke, Luwu Utara, pusat pemerintahan Luwu saat itu.
Datuk Sulaeman kembali melakukan dialog keislaman dan Singkarume’ di istana yang berhasil membuat takjub Datu Luwu. Datu Luwu kemudian menguji Datuk Sulaeman dengan menyuruhnya untuk mencari cincin berlian yang ia kenakan setelah dibuang ke tengah lautan. Ia kembali berhasil menyelesaikan tantangan Datu Luwu. Akhirnya, Datu Luwu pun memutuskan untuk memeluk agama Islam. Andi Pattiware’ secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat dituntun oleh Datuk Sulaeman pada hari Jumat, 15 Ramadhan 1013 H/Februari 1593 M. Keputusan Andi Pattiware’ memeluk agama Islam diikuti oleh semua rakyat Kedatuan Luwu. Hal ini juga menjadi pintu masuk agama Islam bagi kerajaan-kerajaan lain yang berada di wilayah selatan Sulawesi mengingat Kedatuan Luwu merupakan kerajaan yang paling disegani dan dianggap sebagai nenek moyang bagi kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan.[2]
Referensi
- ^ a b Anwar, Idwar (2004). Ensiklopedi Sejarah Luwu. Sulawesi Selatan: Komunitas Kampung Sawerigading bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur. hlm. 307–308. ISBN 979-98372-1-9.
- ^ Mallondjo, Siodja Daeng (2004). Kedatuan Luwu : catatan tentang Sawerigading sistem pemerintahan dan masuknya Islam. Idwar Anwar, Komunitas Sawerigading, Palopo. Pemerintah Kota. Palopo: Pustaka Sawerigading. ISBN 979-98372-0-0. OCLC 778248581.