Aleksi Nikolayevich Tolstoy
Aleksi Nikolayevich Tolstoy atau "Aleksey Nikolayevich Tolstoy" (lahir di Nikolayesvsk, Samara pada tahun 1882; meninggal di Moskow 23 Februari 1945) adalah seorang penulis novel dan penyair bangsa Rusia.[1] Ibunya bernama Alexandra Leont'eva Turganeva. Aleksi Tolstoy tumbuh besar tanpa mengenal sosok ayahnya, yaitu Count Nikolai Aleksandrovich Tolstoy.[2] Selain sebagai penulis, ia dikenal sebagai publik figur di Rusia.[3] Ia mengawali karyanya sebagai penyair.[1] Pada tahun 1907, ia menerbitkan sebuah kumpulan puisi yang berjudul Lirika.[2] Antara tahun 1914 dan 1916 Tolstoy menjabat sebagai koresponden perang untuk koran liberal Russkie Vedomosti yang berpihak pada golongan kulit putih.[2] Dia membuat beberapa kunjungan ke garis depan, dan melakukan perjalanan ke Prancis dan Inggris.[2] Pengalaman perang Tolstoy menjadi inspirasi tulisannya (kumpulan cerita) Na voyne (1914-1916).[2] Pada tahun 1917 Tolstoi bekerja untuk bagian propaganda Jenderal Anton Denikin.[2] Meskipun ia menyambut revolusi bulan Februari, ia tidak dapat menerima Revolusi Bolshevist bulan Oktober, oleh karena itu dia beremigrasi pada tahun 1918 dengan keluarganya ke Paris.[2] Beberapa tahun kemudian ia pergi ke Berlin di mana ia bergabung dengan kelompok imigran pro-komunis dan menjadi editor surat kabar Bolshevik Nakanune.[2] Dengan diperkenalkannya Kebijakan Ekonomi Baru di Rusia dan perubahan dalam keyakinan politiknya, Tolstoi memisahkan diri dari para imigran dan kembali dengan keluarganya ke tanah airnya (1923).[2] Berbagai karyanya adalah roman pendek autobiografi yang terkenal di mancanegara di antaranya Masa Kanak-kanak Nikita (yang ditulis tahun 1919-1920), Scientific Aelita (ditulis pada tahun 1922-1923).[1] Karya terbesarnya adalah Peter Agung, terdiri dari 3 jilid dan ditulis pada tahun 1929-1945.[1] Aleksi menciptakan trilogi yang berjudul Jalan ke Calvary (1941) yang menceritakan tentang kehidupan di Rusia menjelang Perang Dunia I.[1] Melalui triloginya itu, terbukti bahwa dialah penulis brilian yang memiliki realisme sejarah dan mampu membuat tokoh dalam ceritanya hidup.[1] Rujukan
|