Abu'l-Walid Ma'n bin Za'ida al-ShaybaniAbu'l-Walid Ma'n bin Za'ida al-Shaybani (meninggal tahun 769/70) adalah seorang jenderal Arab abad ke-8 dari suku Shayban, yang menjabat baik pada masa Bani Umayyah maupun Abbasiyah. Di masa UmayyahMa'n adalah anggota kaum bangsawan suku Shayban yang menetap di Jazira, dan merupakan anggota pertama dari keluarganya yang menjadi terkenal.[1][2][3] Dia berdinas pada masa Kekhalifahan Umayyah, dan berada di bawah perlindungan gubernur Irak yang kuat, Yazid bin Umar bin Hubairah, yang kemudian mengirimnya ke Provinsi Fars pada 746/7 untuk melawan Abdullah bin Mu'awiyah.[2][3] Selama Revolusi Abbasiyah, ia kembali ke Irak dan bertempur melawan Abbasiyah di Pengepungan Wasith, lagi-lagi di bawah komando Ibnu Hubairah. Dia mengaku telah membunuh komandan Abbasiyah, Qahthabah bin Syabib ath-Tha'i.[2][3] Ma'n selamat dari eksekusi dalam Pengepungan Wasith itu setelah pasukannya menyerah, dia kemudian dikirim ke Kufah untuk menyatakan penyerahannya kepada khalifah as-Saffah atas nama Ibnu Hubairah.[3] Di masa AbbasiyahSetelah itu ia bersembunyi hingga 758/9, ketika ia keluar dari masa pensiunnya untuk melawan pemberontak Rawandiyyah. Dia sangat sukses dalam hal ini sehingga Khalifah al-Mansur memberinya pengampunan penuh dan jabatan di kerajaan.[1][2][3] Ma'n diangkat menjadi gubernur Yaman pada 759/60, dan ia "menenangkan negara secara brutal tetapi berhasil".[3] Pada 768 ia dipanggil kembali dari Yaman dan dikirim untuk memerintah di Sistan. Di sana ia berhasil mengalahkan pemberontak Khawarij lokal, tetapi pada (769/70) ia dibunuh oleh mereka yang masuk ke rumahnya di Lashkargah (sekarang masuk wilayah Afganistan), dengan menyamar sebagai pekerja.[2][3] Ma'n bukan hanya memperoleh reputasi yang langgeng "sebagai pejuang yang ganas", tetapi juga karena kemurahan hatinya yang luar biasa dan sebagai pendukung para penyair, terutama Marwan bin Abi Hafsa, yang menulis sebuah elegi yang terkenal tentang dirinya.[3] Setidaknya dua dari empat putranya juga terkenal: Za'ida menggantikannya di Yaman, sementara Syarahil berpartisipasi dalam invasi ke Kekaisaran Bizantium yang dipimpinan oleh Harun al-Rashid pada 806. Sedangkan dua keponakannya, Yazid dan Ahmad, berhasil menggantikan posisi Ma'n baik di dalam suku Shayban maupun di istana. Keduanya mengambil alih jabatan gubernur provinsi dan komando militer yang penting. Selanjutnya, keturunan Yazid khususnya, mendominasi wilayah Shirvan, di sana mereka membentuk dinasti yang terpisah dari sukunya yaitu dinasti Shirvanshah.[3][4][5] ReferensiSumber
|