Datu H Abdussamad, seorang tokoh agama Islam yang dikenal sebagai penyebar ajaran Islam di berbagai pelosok daerah, terutama di Marabahan, menjadi sosok yang dihormati dan dihargai. Kubah Datu H Abdussamad di Marabahan telah menjadi salah satu tempat wisata religi yang selalu ramai dikunjungi, terutama pada akhir pekan.
Latar Belakang dan Keluarga
Datu H Abdussamad lahir di Kampung Panghulu Bakumpai pada malam Ahad, 24 Zulqidah 1237 Hijriyah (12 Agustus 1822). Beliau merupakan cucu dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan, dan anak dari Mufti H Jamaluddin.[1] Datu H Abdussamad tumbuh dan berkembang di Marabahan, di mana ia kemudian memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut.
Pendidikan dan Perjalanan Hidup
Sejak menginjak dewasa, Datu H Abdussamad dikirim ke Dalam Pagar Martapura untuk mengaji ilmu-ilmu agama. Guru-gurunya tidak lain adalah orang tua dan paman-paman beliau. Setelah beberapa tahun di Martapura, beliau kembali ke Marabahan dengan misi dakwah dan menyebarkan ajaran Islam ke berbagai pelosok daerah sekitarnya.Meskipun sudah berkeluarga dan memiliki empat orang anak, Datu H Abdussamad tidak pernah berhenti mengejar ilmu agama. Hasrat dan keinginan besar untuk menuntut ilmu membawanya ke tanah suci Mekkah. Beliau pergi ke Mekkah bersama anaknya, Abdurrazak, untuk menjalankan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama.
Perjalanan Ke Tanah Suci
Di Mekkah, Datu H Abdussamad bertemu dengan keponakannya, Mufti H. Jamaluddin, yang telah tinggal di Mekkah selama 20 tahun sebelum kedatangan beliau. Saat itu, Datu H Abdussamad mendapatkan izin dan dukungan dari guru-gurunya untuk pulang ke tanah air setelah kurang lebih 8 tahun menuntut ilmu di Mekkah.
Karomah dan Kembali ke Tanah Air
Sebuah karomah Datu H Abdussamad menjadi perhatian ketika ia kembali ke tanah air. Menurut riwayat, saat melakukan diskusi dengan keponakannya, Mufti H. Jamaluddin, terkait berbagai bidang ilmu, keduanya melakukan salat berjamaah. Saat takbiratul ihram, Datu H Abdussamad tiba-tiba hilang, namun muncul kembali sesaat sebelum salam. Kejadian ini menjadi salah satu bentuk keistimewaan spiritual Datu H Abdussamad.[2]
Warisan dan Pengaruh
Setelah kembali ke Marabahan, Datu H Abdussamad membuka pengajian dan aktif dalam kegiatan dakwah. Rumahnya menjadi tempat berkumpul para penuntut ilmu dari berbagai daerah. Kubah atau makam Datu H Abdussamad di Marabahan menjadi pusat ziarah dan tempat berdoa bagi para pengunjung.Datu H Abdussamad, dengan perjalanan hidup dan dedikasinya dalam menyebarkan agama Islam, meninggalkan warisan yang terus dihormati dan dijaga oleh keturunannya. Kubahnya di Marabahan bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga simbol keberlanjutan ajaran Islam yang beliau perjuangkan.