Abdullah bin Malik al-Khuza'iAbdullah bin Malik al-Khuza'i (bahasa Arab: عبد الله بن مالك الخزاعي) adalah seorang pemimpin militer senior dan gubernur provinsi di masa awal Kekhalifahan Abbasiyah. BiografiAyah Abdullah, Malik bin Al-Haitsam al-Khuza'i, adalah salah satu pemimpin paling awal dan paling penting dari gerakan Abbasiyah dalam Khurasan, dan dari Revolusi Abbasiyah yang menggulingkan Bani Umayyah. Sebagai anggota senior 'Khurasaniyyah' yang istimewa, pasukan Khurasani yang membentuk pilar utama rezim baru, keluarga Malik menikmati akses ke posisi kekuasaan.[1][2] Menurut sejarawan Khalifah bin Khayyath, Abdullah bertugas pertama kali sebagai gubernur Khurasan di bawah Khalifah al-Mansur (memerintah 754 –775), dan menggantikan saudaranya Hamzah (yang kemudian menggantikan kakak laki-laki tertuanya, Nashr) sebagai komandan pasukan elit syurthah menjelang akhir masa pemerintahan al-Mahdi (memerintah 775-785).[3][4] Abdullah tetap menjadi gubernur di bawah al-Hadi (memerintah 785-786), selama masa pemerintahannya dia adalah "salah satu tokoh paling menonjol" (menurut Hugh N. Kennedy). Selama periode ini, ia mendukung al-Hadi yang berniat menggeser adik laki-lakinya, Harun Ar-Rasyid (memerintah 786–809), dari suksesi dan menggantinya dengan putranya sendiri, Abdullah juga mendesak al-Hadi untuk mengeksekusi Yahya bin Khalid bin Barmak.[5][6] Akibatnya, kekuatan Abdullah berkurang ketika Harun naik takhta dan selama periode keluarga Barmakid yang mendominasi pemerintahan, [5] meskipun ia menjadi gubernur Mosul pada 789–781.[4] Setelah jatuhnya keluarga Barmakid pada awal 803, Abdullah sekali lagi menduduki jabatan tinggi: ia menjabat sebagai komandan syurthah-nya Harun, dan pada 805 menjadi gubernur Tabaristan, Hamadan dan provinsi Iran barat lainnya.[5][6] Ia berpartisipasi dalam invasi besar-besaran Bizantium di Asia Kecil pada 806. Pada tahun berikutnya, ia berperang melawan Khurramiyah, dan pada 808 ia menemani Harun ke Khurasan untuk mengatasi pemberontakan Rafi bin al-Laits.[6] Setelah kematian Harun di Khurasan pada awal 809, Abdullah tetap tinggal di provinsi itu, bergabung dengan pewaris kedua Harun, al-Ma'mun (memerintah 813-833), di Marw. Dalam perang saudara selanjutnya antara al-Ma'mun dan saudara tirinya, Khalifah al-Amin (memerintah 809–813), ia kebanyakan tetap berada di Marw. Dia adalah salah satu dari beberapa pemimpin militer yang menolak untuk menjadi pemimpin dalam pemerintahan al-Ma'mun, jabatan itu akhirnya jatuh ke Fadhl bin Sahl. Hubungannya dengan al-Ma'mun menjadi tegang, tapi dia tetap menemaninya ke barat dan bersamanya ketika dia memasuki Baghdad pada 819.[5][6] Abdullah memiliki dua putra, Abbas dan Muthalib. Abbas menjabat sebagai gubernur Ray tetapi kemudian diberhentikan oleh al-Ma'mun karena ia mendukung al-Amin, sementara Muthalib memainkan "peran yang sangat berlika-liku" selama perang saudara dan dua kali menjabat sebagai gubernur Mesir.[5][6] Referensi
|