A Letter Concerning Toleration

Halaman judul edisi pertama A Letter Concerning Toleration.

A Letter Concerning Toleration (Sebuah Surat Tentang Toleransi) adalah karya John Locke yang awalnya diterbitkan pada tahun 1689 dalam bahasa Latin, dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lainnya. Karya Locke ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa agama Katolik akan mengambil alih Inggris yang didominasi oleh agama Kristen Protestan. A Letter Concerning Toleration ditujukan untuk menanggapi masalah agama dan pemerintahan dengan mengusulkan toleransi beragama sebagai jawabannya. "Surat" ini ditujukan kepada "Tuan Yang Terhormat" tanpa nama: ini sebenarnya ditujukan kepada teman dekat Locke, Philipp van Limborch, yang kemudian menerbitkannya tanpa sepengetahuan Locke.[1]

Latar belakang

Setelah terungkapnya Rye House Plot dan persekusi raja Charles II terhadap orang-orang dari kelompok Whig, Locke melarikan diri dari Inggris ke Amsterdam di Republik Belanda pada bulan September 1683.[2][3] Sepanjang hidupnya, Locke tertarik pada perdebatan tentang toleransi beragama. Isu itu juga banyak diperdebatkan di Belanda selama Locke tinggal di sana. Pada Oktober 1685, raja Louis XIV dari Prancis mencabut Edict of Nantes yang sebelumnya menjamin toleransi beragama bagi orang-orang Protestan Prancis.[4]

Di Republik Belanda, Locke bertemu Philipp van Limborch, seorang Profesor Teologi. Diskusinya dengan Limborch membuat Locke mengesampingkan karyanya tentang An Essay Concerning Human Understanding untuk sementara waktu dan mengemukakan gagasannya tentang toleransi. Locke menulis Surat itu pada musim dingin 1685–1686.[5]

Argumen

Sebagai salah satu pendiri filsafat empirisme, Locke mengembangkan filosofi yang berbeda dengan pandangan Thomas Hobbes di Leviathan. Hobbes menyatakan bahwa kekuasaan penguasa harus bersifat absolut untuk mencegah kekacauan dan peperangan seperti yang terdapat dalam keadaan alamiah.[6] Atas dasar itu, kepatuhan terhadap penguasa adalah suatu keharusan, baik dalam bidang keduniawian maupun spiritual.[7] Berbeda dengan Hobbes yang menyatakan bahwa individu dapat saja mempunyai keyakinan agama mereka sendiri asalkan mereka secara lahiriah menyatakan keyakinan yang dianut oleh negara, Locke mendukung kebebasan beragama dan toleransi untuk berbagai denominasi Kristen.

Locke memberikan tiga alasan untuk mendukung argumennya bahwa pemerintahan sipil tidak dapat mengatur dan memaksakan kepercayaan terhadap warga negara. Pertama, Tuhan tidak pernah memberikan otoritas kepada manusia untuk memaksa orang lain untuk menganut kepercayaannya. Bahkan, meskipun kewenangan pemerintah seperti itu disetujui oleh rakyat, Locke mengatakan bahwa hal itu tidak dapat dibenarkan karena tidak ada orang yang dapat mengikuti kepercayaan yang dipaksakan kepadanya.[8] Kedua, keselamatan rohani seseorang tidak dapat menjadi urusan pemerintah sipil karena kekuasaan pemerintah sipil itu hanya menjangkau aspek luar pada diri seseorang. Sedangkan kepercayaan itu berkaitan dengan hati nurani yang mungkin saja dapat diubah dengan jalan persuasi, tetapi bukan dengan paksaan dan kekerasan. Oleh karena itu, upaya-upaya seperti penyitaan harta, pemenjaraan, dan siksaan tidak akan berhasil untuk mengubah kepercayaan seseorang, meskipun ditujukan untuk menyelamatkan jiwanya.[8] Ketiga, Locke menyatakan bahwa pemaksaan kepercayaan dengan hukuman-hukuman seperti itu hanya akan menimbulkan konflik yang destruktif karena ketidaktahuan, ambisi, atau takhayul yang dimiliki penguasa-penguasa mereka.[8]

Referensi

  1. ^ A Letter Concerning Toleration by Locke, John; Tully, James H.
  2. ^ Raymond Klibansky, 'Preface', in Klibansky and J. W. Gough (eds.), Espitola de Tolerantia/A Letter on Toleration (Oxford: Clarendon Press, 1968), p. vii.
  3. ^ Maurice Cranston, John Locke: A Biography (Oxford: Oxford University Press, 1985), pp. 227–230.
  4. ^ Klibansky, p. x, pp. xvi–xvii.
  5. ^ Klibansky, pp. viii–ix, p. x, pp. xvi–xvii.
  6. ^ Lloyd, Sharon A.; Sreedhar, Susanne (2020). Zalta, Edward N., ed. Hobbes’s Moral and Political Philosophy (edisi ke-Fall 2020). Metaphysics Research Lab, Stanford University. 
  7. ^ Nauta, Lodi (2002). "Hobbes on Religion and the Church between "The Elements of Law" and "Leviathan": A Dramatic Change of Direction?". Journal of the History of Ideas. 63 (4): 592. doi:10.2307/3654161. ISSN 0022-5037. 
  8. ^ a b c Locke, John (1689). A Letter Concerning Toleration (PDF). Diterjemahkan oleh Popple, William. hlm. 7–9. Diakses tanggal 29 Maret 2022. 

Daftar bacaan

  • Maurice Cranston, ''John Locke: A Biography'' (Oxford: Oxford University Press, 1985).
  • Mark Goldie (ed.), ''A Letter Concerning Toleration and Other Writings'' (Indianapolis: Liberty Fund, 2010).
  • J. W. Gough, ''John Locke's Political Philosophy: Eight Studies'' (Oxford: Clarendon Press, 1973).
  • Raymond Klibansky and J. W. Gough (eds.), ''Epistola de Tolerantia/A Letter on Toleration'' (Oxford: Clarendon Press, 1968).
  • John Marshall, ''John Locke, Toleration and Early Enlightenment Culture'' (Cambridge: Cambridge University Press, 2006).
  • Scott Sowerby, ''Making Toleration: The Repealers and the Glorious Revolution'' (Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, 2013).