Kasus stunting masih tinggi di Indonesia setara dengan 30,2% dari seluruh balita di Indonesia. Disebut stunting atau pendek apabila hasil pengukuran tinggi badan atau panjang badan anak dihubungkan dengan umur (TB/U, atau PB/U) dengan nilai Z- Score < -2, berdasarkan standar World Health Organization. Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk menekan angka stunting, tapi kenyataanya stunting masih tinggi. ASI eksklusif menjadi salah satu factor penyabab stunting. Masih banyak balita yang tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, sehingga menyebabkan anak menjadi kurang gizi. Kekurangan gizi dalam waktu yang sangat lama diyakini menjadi penyebab stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuan gambaran status pemberian ASI eksklusif pada balita stunting di Kabupaten Kulon Progo. Design penelitian dengan menggunakan deskriptif, data anak balita stunting diperoleh dari Puskesmas selanjutnya dilakukan home visit untuk dilakukan pengukuran antropometri, dan orangtua responden diminta untuk mengisis kuesioner tentang status pemberian ASI eksklusif. Responden pada penelitian ini sebanyak 100 anak balita usia 2-5 tahun yang mengalami stunting (data puskesmas). Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 52% balita stunting yang memiliki status pemberian ASI eksklusif dalam kategori “terpenuhi” dan ada 42% balita stunting tidak diberikan ASI eksklusif (“tidak terpenuhi”).