AbstrakUntuk mengetahui prevalensi sindrom metabolik pada orang dewasa di Kota Bogor. Data diperoleh dari data baseline Studi Kohor Penyakit Tidak Menular di Kota Bogor yang dilakukan pada tahun 2011 dan 2012. Sampel adalah penduduk tetap yang berumur 25-65 tahun di 5 kelurahan, Kota Bogor. Dari 5000 responden, hanya 4507 yang dapat dianalisis yaitu 36,2% laki-laki dan 63,8% perempuan. Semua responden dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.Diagnosis sindrome metabolik didasarkan pada kriteria National Cholesterol  Education  Program  Adult  Treatment  Panel  (NCEP-ATP  III)  yang  telah  disesuaikan  dengan  orang Asia.Prevalensi sindrome metabolik 18,7%, pada perempuan 21,2% dan pada laki-laki 14,1% dengan p<0,001. Ditemukan komponen sindrome metabolik yaitu obesitas sentral, HDL rendah,hipertensi, hipertrigliserida dan hiperglikemi masing-masing 44,7%, 35,3%, 29,2%, 19,5%, 12,9%. Dibanding perempuan, laki-laki mempunyai ORadj 1,63 dengan 95% CI 1,38-1,93. Risiko sindrome metabolik meningkat dengan bertambahnya umur. Dibanding dengan umur 25-34 tahun, ORadj1,170 dengan 95% CI 0,96-1,42 pada umur 35-44 tahun, ORadj2,02 dengan 95% CI 1,64-2,50 pada umur 45-54 tahun dan ORadj 4,39 dengan 95% CI 3,32-5,79 pada umur 55-65 tahun. Dibanding kurus diperoleh ORadj3,45 dengan 95% CI 2,74-4,34 pada normal; ORadj14,51 dengan 95% CI 10,67-19,75 pada gemuk dan ORadj40,33 dengan 95% CI 14,98-108,58 pada obese. Aktivitas fisik nampaknya kecil pengaruhnya pada risiko terjadinya sindrome metabolik. Perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehat. Bagi yang terlanjur obesitas perlu dilakukan olah raga untuk mengurangi berat badannya.Kata Kunci : sindrome metabolik, umur, Index Masa Tubuh, aktivitas fisik, BogorAbstractThe Objective of this study is to measure prevalence of metabolic syndrome among adult in Bogor city. The method study is using baseline  data  of  Cohort  Study  on  Non  Communicable  Disease  in  Bogor  city,  2011-2012.  Study samples are permanent residents aged 25-65 years in 5 villages, Bogor city. From 5000 data residents, only 4507 which composed of 36.2% male and 63.8% can be analyzed. Data collection was conducted through interview, physical examination, and laboratory examination. Diagnosis of metabolic syndrome was made based on modified National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) adapted for Asian people. The prevalence of metabolic syndrome among Indonesian adult in Bogor city is 18,7% (21,2% female and 14,1% males, p<0.001). The biggest component of metabolic syndrome was central obesity (44,7%) followed by low level of HDL cholesterol, hypertension, hyper-triglyceride and hyperglycemia (35.3%, 29.2%, 19.5% and 12.9%) respectively. Using female as reference class, the OR of male to suffer metabolic syndrome was 1,63 (95% CI 1.38-1.93). The Odds Ratio to suffer metabolic syndrome increased with their increasing age. Using 25-34 years as reference class, the Odds Ratio of residents aged 35-44, 45-55 and 55-65 years to suffer metabolic syndrome were 1.17 (95% CI 0.96-1.42), 2.02 (95% CI 1.64-2.5), 4.39 (95% CI 3.32-5.79) respectively. Using underweight residents as reference class the Odds Ratioof normal weight, overweight and obesity to suffer metabolic syndrome were 3.45 (95% CI 2.74-4.34), 14.51 (95% CI 10.67-19.75) and 40.33 (95% CI 14.98-108.58) respectively. Physical activity seemed have no significant effects on the onset of metabolic syndrome. Health education needs to be done (about the lifestyle) is needed to be conducted. For those who are obese need to do to lose weight.Keywords : metabolic syndrome, aged, Body Mass Index, physical activity, Bogor