ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang 1) Latar belakang  tradisi wata-watangke, 2) Proses penyampaian tradisi wata-watangke dalam masyarakat Muna, dan  3) Makna yang terkandung dalam tradisi Wata-watangke.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsudin dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Heuristik (pengumpulan data), (2) Kritik sumber (eksternal dan internal), (3) Historiografi, penulisan sejarah yang terdiri atas: penafsiran, penjelasan dan penyajian. Kajian pustaka dalam penelitian ini menggunakan konsep sejarah, konsep kebudayaan, konsep wata-watangke (teka-teki), konsep pendidikan, konsep moral dan penelitian relevan.Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) latar belakang tradisi wata-watangke menjelaskan bahwa munculnya wata-watangke dimulai pada masa pengaruh Islam di Muna dimasa pemerintahan Raja Sugi Manuru pada abad XVI Dalam tahap perkembangannya tradisi wata-watangke dimainkan oleh pasangan muda-mudi yang sedang jatuh cinta., tradisi wata-watangke yang hanya mainkan oleh  muda-mudi, permainan wata-watangke berkembang dan dimainkan dari rumah ke rumah, bahkan dari kampung ke kampung dan  ini digunakan untuk membangun hubungan silaturahim agar tetap terjalin dengan baik. Dengan demikian, tradisi wata-watangke memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting untuk menjaga hubungan kekeluargaan dan komunikasi antarsesama dalam kehidupan masyarakat Muna. 2) Proses pengungkapan tradisi Wata-watangke, Dalam permainan wata-watangke terbagi atas dua bagian yaitu penanya dan penjawab. Biasanya pertanyaan dalam wata-watangke diajukan untuk dijawab atau ditebak lawan dalam permainan wata-watangke tersebut. orang atau kelompok yang mengajukan pertanyaan bertanya kepada orang atau kelompok yang dituju, maka kelompok tersebut harus menebak atau menjawab pertanyaan tersebut. 3) Permainan wata-watangke pada masyarakat Muna banyak memuat makna pendidikan, baik bentuk permainannya sampai pada ungkapan dalam wata-watangke itu sendiri diantaranya adalah nilai pendidikan agama, moral, sosial, dan karakter. Kata Kunci: Wata-watangke, Sejarah, dan Masyarakat Muna