Baratayuda adalah perang besar antara Pendawa dan Kurawa. Perang suci tempat membayar hutang (janji, sumpah). Makalah ini membuka mata hati, siapa berhutang pasti membayar, siapa bersumpah harus dilaksanakan. Dengan berbasis Sajak Peperangan Abimanyu karya WS. Rendra melalui untaian kata-kata sarat makna, akan diuraikan apa yang dimaksud dengan kesaktian. Mengapa para tokoh yang dianggap sangat sakti tak tertanddingi justru gugur pada awal-awal Perang Baratayuda, mengapa tokoh yang sering diabaikan kesaktiannya justru dapatmenunjukan keperkasaan di akhir peperangan. Masing-masing tokoh akan dideskripsikan perihal kesaktian dan jalan kematiannya. Hasil penelitian semi historis ini menunjukkan bahwa kesaktian tidak akan berarti bila riwayat hidupnya pernah berhutang (nyawa, budi, sumpah dan janji). Ajaran moral yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah sebagai sarana pembuktian untuk memperkuat makna filsafat Jawa: Jaya-jaya wijayanti, lebur dening pangastuti. Noyah nayuh baskara titi mangsa, sapa sing tumindak culika ing kono dununging sirna, takmemandang sesakti apapun seorang tokoh kang asipat titah.